Di tengah semakin memburuknya hubungan kedua negara, Tiongkok memutuskan untuk menangguhkan impor daging sapi dari Australia.

Kali ini larangan diberlakukan kepada perusahaan Meramist Pty Ltd, salah satu pemasok utama daging Australia ke Tiongkok.

BACA JUGA: Polisi Hong Kong Kembali Tangkap Aktivis Oposisi, Selamat Tinggal Demokrasi

Langkah ini disampaikan pihak Bea Cukai Tiongkok, Senin kemarin (7/12), tanpa disertai alasan di balik pelarangan tersebut.

Tiongkok sebelumnya telah melarang impor daging sapi dari lima perusahaan Australia lainnya dengan alasan adanya masalah pelabelan, sertifikat kesehatan, serta lainnya.

BACA JUGA: Ratusan Orang di India Terserang Penyakit Misterius, Sudah Satu Tewas

Hubungan Australia dan Tiongkok terus memburuk setelah dipicu Australia yang meminta adanya penyelidikan tentang asal-usul virus corona.

Manajer Meramist, Mike Eathorne, yang dihubungi ABC menjelaskan pihaknya baru saja menerima berita tersebut.

BACA JUGA: Indonesia Bakal Bersaing dengan Kota di Australia Ini untuk Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032

"Saya diberitahu lima menit yang lalu dan saya tidak mendapatkan apa alasannya," kata Mike.

Meramist adalah salah satu rumah potong hewan (RPH) yang disebutkan dalam pemberitaan ABC tahun lalu, yang terkait dengan pembantaian kuda yang banyak digunakan untuk pacuan.

Seorang mantan pekerja di sana mengaku bersalah atas pelanggaran kekejaman terhadap binatang pada Juli tahun ini.

Pada bulan Mei, Tiongkok juga melarang impor dari empat perusahan pengolah daging terbesar di Australia, dengan alasan masalah pelabelan dan sertifikat kesehatan.

Selanjutnya pada bulan Agustus, Tiongkok menghentikan impor dari John Dee, perusahaan RPH di Queensland, yang merupakan perusahaan RPH tertua di Australia.

Saat itu, Menteri Pertanian Australia David Littleproud mengonfirmasi adanya larangan terhadap produk daging John Dee.

Namun Mentan Littleproud mengatakan larangan itu diberlakukan setelah "unsur alami" yang disebut kloramfenikol ditemukan dalam daging yang dipasok ke Tiongkok dari John Dee.

Ia mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan pejabat di Beijing untuk memperbaiki situasi secepat mungkin.

"Kloramfenikol dapat muncul secara alami pada beberapa pakan ternak," kata Mentan Littleproud.

Ketua Dewan Industri Daging Australia Patrick Hutchinson memahami bahwa deteksi kloramfenikol dalam daging yang diproses di John Dee adalah insiden yang terisolasi.

Namun, Patrick mengatakan nilai ekspor daging sapi ke Tiongkok dari Australia tetap tinggi pada tahun 2020.

"Kami hanya turun 8 persen dalam setahun dan telah mengekspor lebih banyak dalam tujuh bulan ini dibandingkan dengan seluruh ekspor tahun 2017," katanya.

Tindakan dagang yang dilakukan Tiongkok bukan hanya menargetkan daging sapi, tapi juga produk unggulan Australia lainnya, seperti jelai, anggur, lobster dan batubara.

Industri minuman anggur Australia merupakan sektor yang paling terpukul, setelah Tiongkok memberlakukan tarif impor hingga 200 persen bulan lalu dengan alasan Australia melakukan 'dumping'.

Tindakan tersebut mendorong kampanye global yang menyerukan warga di sejumlah negara untuk minum wine Australia.

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim. Ikuti berita terkini dari Australia di ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perang Dagang Berlanjut, Kini Tiongkok Sasar Industri Daging Australia

Berita Terkait