Titiek Puspa, Lebih Segar Pasca Terapi Kanker Rahim

Berpikir akan Berakhir, Bobot Malah Naik 11 Kg

Rabu, 20 Januari 2010 – 01:29 WIB
SENYUM - Titiek Puspa (tengah) tersenyum lebar saat acara ramah-tamah dengan wartawan di Wisma Puspa, Jl Pancoran Timur No 21, Jakarta Selatan, Selasa (19/1). Foto: Fedrik Tarigan/Indopos.
Pernah merasa hidupnya akan berakhir, Titiek Puspa kini bangkitTubuhnya malah lebih gemuk daripada sebelum divonis terkena kanker

BACA JUGA: Menang di Pengadilan dengan Injil Cetakan Hongkong 1895

Selasa (19/1) kemarin, penyanyi senior itu berbagi cerita soal pengalamannya selama menjalani pengobatan di Singapura
Seperti apa?

Laporan SUGENG SULAKSONO, Jakarta

WISMA
Puspa di Jalan Perdatam, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (19/1) sore kemarin, mendadak penuh sesak

BACA JUGA: Gunakan Bahasa Daerah, Bantu Hemat Anggaran Negara

Deretan mobil dan motor terparkir sampai meluber ke pinggir jalan dan mengakibatkan sedikit kemacetan.

Di tempat yang terbagi menjadi tiga bangunan besar itu, ada acara sederhana
Sang pemilik tempat sekaligus penyanyi terkenal, Titiek Puspa, menggelar syukuran

BACA JUGA: Digelari Bagindo Sati, Helmy Siap Disapa Uda

Wajah perempuan yang juga memiliki nama Sumarti alias Sudarwati tersebut tampak sumringah dan cerah, secerah pakaian warna-warni yang membalut tubuhnya.

Tidak terlihat tanda bahwa Titiek baru saja berjuang keras melawan kanker rahim stadium duaIbu kandung Petty Tunjungsari Murdargo (48) dan Ella Puspasari Kamarullah (47) itu, pada 7 Januari lalu memang baru tiba di Jakarta setelah menjalani paket penyembuhan di RS Mount Elizabeth, Singapura, sejak 13 Desember 2009.

Penampilan Titiek terlihat sedikit berbeda dengan biasanyaTubuhnya lebih subur jika dibandingkan dengan sebelum divonis sakit, lalu berobat"Naik 11 kilogram! Banyak makan saya di sana," ungkap Titiek yang kini berbobot 77 kg tersebut.

Menurut perempuan berusia 73 tahun itu, selama berada di Singapura, aktivitasnya hanya duaLima hari kerja, mulai Senin sampai Jumat, harus bolak-balik ke rumah sakit"Sabtu dan Minggu teler, kecapekanSusah mau jalan-jalan," terang Titiek yang selama berada di Singapura tinggal di apartemen milik Ibnu Sutowo itu.

Di Singapura, Titiek sudah menjalani empat kali tahap kemoterapi dan 28 kali radiasi beserta proses penunjang lain"Setelah yang kedua, yang ketiga mulai dari pusar ke bawahItu sakit semuaYang sakit adalah segala penyakit yang diperbaikiEnergi kita berjalan, membetulkan yang tidak benar," tutur Titiek berusaha menjelaskan proses yang dijalaninya.

Saat menjalani kemoterapi kedua, Titiek menyatakan hampir putus asaRasa sakit luar biasa ia rasakan, sampai menangis dan minta digendong"Saya kira mau finito (finish, Red)Tapi, habis itu, sudah biasa," ungkap perempuan kelahiran Kalimantan Selatan pada 1 November 1937 tersebut.

Pikiran akan meninggal muncul setelah Titiek mengingat perjalanan hidupnyaPanggung musik saja, menurutnya, sudah 55 tahun ia laluiBelum lagi jika ingat usia"Jadi, mungkin habis sakit itu, "habis"Nggak tahunya, dalam sakit itu, malah dikasih lagiItu, 60 sekian lagu," paparnya.

Sepanjang menjalani pengobatan, Titiek memang secara spontan menciptakan sekitar 60 lagu dalam bentuk notasiEmpat lagu di antaranya bahkan sudah dilengkapi syair"Jadi, saya malah merasa baru dibangunin oleh Tuhan, alam'Kamu jangan tidur sajaAyo, bangun!' Okay," papar Titiek yang kali terakhir membuat lagu berjudul Terima Kasih Tuhan saat berulang tahun ke-70.

Membuat 60 lagu dalam waktu sesingkat itu akhirnya menjadi rekor tersendiri bagi Titiek"Waktu itu, sebelum sakit, sebetulnya mau bikin konser 55 tahun di atas panggungTapi, kena (kanker, Red) itu, terus diundurDisuruh sakit duluMungkin nanti jadi 56 tahun saja deh, atau 57 tahun di atas panggung," ucapnya.

Meski memikirkan yang paling parah, Titiek mengaku ia sebenarnya tak pernah putus asaDia menuturkan, tetap harus berjuang untuk sembuh"Putus asa sih nggakCuma, saya katakan, 'Ya sudahUmur segini, apa boleh buat?' Saya sudah mengatakan pasrah kepada Tuhan, karena dokter mengatakan sudah tidak melihat (penyakitnya, Red)," ungkapnya pula.

Nyatanya, Titiek sanggup melewati pengobatan itu dan masih diberi usia lebih panjangPutri pasangan Tugeno Puspowidjojo dan Siti Mariam tersebut kemudian berpikir, apakah dirinya masih dibutuhkan banyak orang di dunia"Saya katakan, 'Saya masih harus ada atau bagaimana?' Saya nggak mengertiSekarang saya tahu bahwa banyak orang yang cinta sama saya, suka sama saya, perhatian sama sayaDengan Facebook, berita dari Facebook, orang datang setiap hariYang ketemu anak saya titip salam," ujar Titiek bangga.

Ketika divonis mengidap kanker oleh dokter, dia mengaku sebenarnya tidak terlalu kagetSebab, menurut Titiek, memang ada riwayat mengidap kanker dari ayahnya dan kakak kandungnya yang sudah meninggal"Ada gen-nyaMaka, ketika dibilang kena kanker, 'Oh, saya kena juga toh? Ya sudahSebab, bapak saya sudah, kakak saya malah sudah diambil (meninggal, Red)," ucapnya.

Titiek hanya perlu berpikir jernih dengan mengingat tujuan hidupnyaBaginya, hidup tidak digunakan untuk mengaduh, mengeluh dan sejenisnyaCukup (dengan) mengerjakan apa yang bisa dikerjakan sepenuh tenaga, pikiran, moral dan material"Kalau kita pakai semua itu, alam akan mendukung," yakin istri dari Sukasno, Zainal Ardi dan Mus Mualim (ketiganya sudah almarhum, Red) tersebut.

Saat ini, Titiek pun mendapatkan program penyembuhan tambahan berupa meditasiHanya saja, atas pesan sang pemilik program, nama dan tempatnya tidak disebutkan"Jadi, anak saya, Petty, punya temanDia habis lumpuh, strokeOleh dokter, nggak ditemukan penyakitnya, sampai dia akan gilaItu sekian lamaDengan meditasi itu, dia sembuh," ujar Titiek, soal awal pertemuannya dengan guru meditasi tersebut.

Guru itu diceritakan secara tidak sengaja membaca sakit yang diidap Titiek dari sebuah tabloid di minimarket di JakartaTabloid tersebut saat itu memang mengulas penyakit yang diderita TitiekLewat teman Petty itulah, guru tersebut mendapatkan kontak ke keluarga Titiek.

Sampai saat ini Titiek menyebut dirinya sudah menjalani delapan di antara total 13 kali meditasi yang harus dijalaniMeditasi dilakukan setiap hari dalam dua tahap"Saya terapi semacam meditasi, harus 13 hari nonstopSatu hari lima jam, dipotong-potong, siang dua jam, malam tiga jamMalam, meditasinya setelah pukul enam sore," terangnya.

Latihannya sendiri berupa latihan pernafasan, kemudian lidah ditekuk ke atasSelanjutnya, dia harus memejamkan mata, duduk bersila, serta tidak boleh bergerak maupun bersandar"Tidak ada obat-obatan, cuma meditasiMemang dari sana saya tidak dikasihJadi, saya sudah fokus meditasiTidak ada obat," tegas Titiek, yang akan kembali ke Singapura untuk mengecek perkembangan kesehatannya sekitar tiga bulan lagi itu.

Latihan pernafasan itupun, kata Titiek, tidak bisa sembaranganSetelah menarik nafas, nafas yang dihembuskan harus sangat halus, tidak boleh sampai terdengar ke telingaApa efeknya? "Waktu saya baru pulang dari Singapura, kalau begini (agak menunduk, Red), sakit(Perut) kayak ditonjokSekarang nggakTerus, kalau ke belakang (toilet, Red), sepulang dari Singapura itu, saya mesti minum pencaharSekarang nggak usah, keluar sendiriPenglihatan saya kemarin itu buram, sekarang bisa melihat terang," jelasnya.

Setelah 13 kali menjalani meditasi di bawah arahan instruktur, Titiek berencana akan meditasi sendiri sampai sekitar enam bulan, agar kondisinya sempurnaDia juga membatasi makananSalah satunya, dia tidak makan daging merah dan seafood, serta minum minuman bersoda maupun beberapa lainnya(nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Karena Wanita, Tiga Kali Pegang Rekor di Lingkungan Lapas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler