jpnn.com - jpnn.com - Bocah-bocah yang masih duduk di taman kanak-kanak dilarang diajarkan baca tulis dan berhitung. Sebab, hal tersebut dinilai tidak tepat bagi tumbuh kembang anak.
Pernyataan itu seperti yang disampaikan Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ella Yulaelawati yang dihubungi Radar Malang (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: FPI: Indikasi Komunis Masuk di Segala Lini
Dia meminta seluruh TK di Indonesia kembali pada jalurnya. Yakni, sebagai lembaga pendidikan yang menyiapkan anak untuk mandiri dan mengembangkan aspek sosial, salah satunya tidak takut bertemu dengan orang baru.
Menurut dia, pendidikan TK yang mengajarkan baca, tulis, dan hitung, ternyata dinilai tidak tepat. Pendidikan TK lebih tepat untuk bermain sambil belajar.
BACA JUGA: Buku Kisi-kisi Unas Berlogo Palu Arit Belum Menyebar
Sementara itu, baca, tulis, dan hitung, sebatas pengenalan saja. Namun, beberapa TK di Malang Raya sudah menerapkan baca tulis.
Alasannya, itu karena permintaan orang tua siswa. Para orang tua lebih memilih sekolah TK yang dapat mengajarkan anaknya baca tulis.
BACA JUGA: Beban Ortu Siswa SMA/SMK Lebih Ringan
Ketua Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) Kabupaten Malang Handarijati pun membenarkan bahwa hal tersebut memang terjadi di beberapa TK.
Kebutuhan belajar baca, tulis, dan hitung, itu permintaan orang tua murid. ”Orang tua murid maunya instan. Mereka ingin anaknya bisa baca tulis dan hitung di sekolah agar keterima masuk SD,” ujar dia.
Jika lembaga TK tidak memenuhi permintaan tersebut, dampaknya tidak memiliki murid. Jadi, hampir serbasalah kalau seperti ini.
Namun, dia menyatakan, tetap mengimbau kepada 940 TK yang ada di Kabupaten Malang agar tidak memaksakan murid untuk baca, tulis, dan hitung.
Sebaiknya, materi tersebut diberikan sesuai batasan pengenalan. Sebagaiamana kurikulum TK yang berlaku.
Sekretaris IGTKI Kota Batu Resti Mengari menyampaikan hal senada. Banyak TK di Kota Batu berlomba-lomba untuk dapat menarik simpati warga masyarakat. Salah satu caranya dengan menerapkan program intensif baca, tulis, hitung, dan lebih sedikit bermain.
”Kalau tidak memenuhi, bisa jadi tidak ada peminatnya. Sekolah kok main saja, biasanya ada celetukan begitu,” imbuh dia.
Menurut dia, sebetulnya yang diperbolehkan hanya mengenalkan angka saja. Jika sudah masuk pada penjumlahan, perkalian, dan pembagian, itu sudah berlebihan.
Ketua IGTKI Kota Malang Lutfiyah menyatakan, adanya TK yang mengajarkan belajar tulis hitung tidak dapat dimungkiri. Semua itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun, sesungguhnya hal tersebut tidak tepat. Justru, dampaknya pada psikologi anak.
”Mereka belum waktunya baca tulis hitung seperti SD, tetapi sudah dipaksakan sejak kecil,” ujarnya pada Jawa Pos Radar Malang.
Namun, dia menyatakan, selalu mengimbau beberapa guru TK di 358 TK yang ada di Kota Malang agar tidak fokus pada baca, tulis, dan hitung.
Aspek bermain yang harus lebih ditekankan. ”Dengan banyak bermain, justru akan mengembangkan sel otak anak sejak kecil,” ujar sarjana psikologi itu.
Di Kota Malang, menurut dia, TK yang mengajarkan baca, tulis, dan hitung, tidak sedikit. Dia mengaku, sering menerima laporan. ”Sekolah TK di sana kok mengajarkan seperti ini dan itu,” terangnya.
Dia mengimbau kepada orang tua untuk selektif dalam memilih TK. Sebab,TK menentukan perkembangan psikologi anak. Bukan berarti baca, tulis, hitung, waktu kecil tidak penting, tetapi di TK sifatnya hanya pengenalan.
Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan Kota Malang Atimah menyatakan, masuk SD tidak mensyaratkan anak bisa baca, tulis, dan hitung dengan mahir. (kis/c3/lid)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Full Day School, Prestasi Atlet Pelajar Terancam Turun
Redaktur & Reporter : Soetomo