Toko Asnar Milik Pribumi Pertama yang Mampu Bersaing Era Kolonial Belanda

Rabu, 17 Mei 2017 – 22:11 WIB
BERTAHAN MELEWATI BERBAGAI ZAMAN: Toko Asnar yang berada di Jalan Kramat Gantung ini diperkirakan sudah buka sejak tahun 1880-an dan tetap eksis hingga kini. Foto: Ardiansyah Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Kota Pahlawan memanglah menyimpan banyak sejarah. Beberapa sejarah Kota Surabaya, Jawa Timur tersebut terselip di bangunan-bangunan kuno yang ada di kawasan Kota Lama.

Salah satunya yakni Toko Asnar yang merupakan toko milik pribumi pertama di masa kolonial Belanda.

BACA JUGA: Dua Pemuda Tergiur Keuntungan Jual Sabu-Sabu

================================
Ardiansyah Fajar - Radar Surabaya
================================

Toko Asnar berlokasi di kawasan niaga yang merupakan pemekaran kawasan niaga Kota Lama, yaitu Jalan Kramat Gantung.

BACA JUGA: Jelang Pilgub Jatim, Puluhan Tokoh akan Berkumpul Bahas Kebijakan Pakde Karwo

Pada masa kolonial dimana kawasan niaga yang berada di sekitar Jembatan Merah sudah penuh sesak, banyak warga yang mencari kawasan niaga baru.

Pemekaran pun dilakukan kearah selatan, namun masih di kawasan Kota Lama, yaitu sekitar Jalan Pahlawan dan Jalan Kramat Gantung.

BACA JUGA: Asuransi Syariah Optimistis Tumbuh 61 Persen

Letak Toko Asnar berdekatan dengan monumen Tugu Pahlawan dan kantor gubernur.

Walaupun milik pribumi, namun Toko Asnar membuktikan bahwa mampu bersaing pada masa kolonial.

Pakar sejarah Universitas Airlangga, Purnawan Basundoro mengatakan, diperkirakan Toko Asnar berdiri sejak tahun 1880-an. Dimana saat itu menjadi pertama dan satusatunya toko milik pribumi atau bumi putera yang mampu eksis hingga kini.

“Toko Asnar sudah ada sejak masa kolonial. Ini satu-satunya orang bumi putera yang mau dan mampu bersaing di masa itu,” ujarnya kepada Radar Surabaya (Jawa Pos Group).

Padahal, pada masa kolonial sangat sulit dan kecil sekali ruang untuk orang pribumi memiliki usaha.

Pada masa itu kebanyakan pribumi hanya sebagai buruh atau pekerja, tak ada yang punya usaha, apalagi sekelas toko.

Sebab, pada masa itu mayoritas perdagangan di kuasai oleh orang Belanda, Tionghoa dan Jepang.

Karena orang pribumi memang dibatasi da nada larangan atau batasan-batasan yang mengatur sepak terjang pribumi agar jangan sampai menyamai bangsa Belanda.

“Toko Asnar itu miliknya orang Gresik bernama Haji Asnar. Dia merupakan pengusaha kelas menengah yang sangat eksis,” ucapnya.

Di tengah perkembangan Surabaya yang pesat, khususnya dibidang perdagangan dan modernisasi kota, Toko Asnar masih eksis dan tetap mampu bertahan. (**)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Bawang Putih Melonjak Tajam, KPPU Segera Gelar Investigasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler