Tolak Pembekuan Referendum, Iraq Merapat ke Iran

Jumat, 27 Oktober 2017 – 09:26 WIB
Kurdi Irak membawa bendera menuju tempat pemungutan suara referendum kemerdekaan, Senin (25/9) lalu. Foto: AFP

jpnn.com, IRAQ - Perdana Menteri (PM) Iraq Haider Al-Abadi menolak proposal damai Kurdistan Regional Government (KRG). Tawaran untuk membekukan hasil referendum kemerdekaan Kurdi pada 25 September masih kurang menggiurkan bagi Baghdad.

Sebab, yang pemerintahan Abadi inginkan adalah pembatalan hasil referendum.

BACA JUGA: Buntut Referendum, Kurdistan dan Iraq di Ambang Perang

”Pemerintah pusat hanya akan menerima pembatalan hasil referendum. Kami menuntut kepatuhan (Kurdi) terhadap konstitusi,” kata jubir kantor PM Iraq kemarin (26/10).

Saat pernyataan sikap itu dirilis, Haider sedang berada di Kota Teheran, Iran. Dia bertemu Ayatullah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Negeri Para Mullah, dan para pejabat tinggi Iran lainnya untuk membahas isu Kurdi.

BACA JUGA: Jasa-Jasa Kurdi yang Dilupakan Washington

Sementara Iraq berusaha mendapatkan dukungan Iran dalam menyelesaikan krisis Kurdi, bentrok pecah di perbatasan wilayah Iraq dan KRG.

”Pasukan Iraq menyerang pasukan Kurdi di dekat perbatasan Turki,” terang seorang pejabat KRG.

BACA JUGA: Sejarah Naik Turun Hubungan Kurdi-Irak

Tapi, laporan berbeda disampaikan Ahmed Al-Asadi dari pasukan paramiliter pro pemerintah, Popular Mobilization Forces. Dia menyebut pasukan Kurdi-lah yang membuka serangan. (AP/Reuters/hep/c17/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Musuh Jadi Teman demi Menjegal Kurdistan


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler