Tolong..UNBK Jangan Hanya Bebani Sekolah

Minggu, 11 Desember 2016 – 09:26 WIB
UNBK. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - SURABAYA--Pemprov Jatim boleh saja menargetkan jumlah sekolah penyelenggara ujian nasional berbasis komputer (UNBK) bertambah tahun depan.

Namun, ada konsekuensi yang harus ditanggung. Yakni, mau menanggung penyediaan sarana dan prasarana.

BACA JUGA: Tolong Awasi Peredaran Buku Pelajaran Berbau Pornografi!

Anggota Dewan Pendidikan Surabaya (DPS) Murpin Josua Sembiring menyatakan, penetapan target penyelenggara UNBK tersebut harus hati-hati.

Setidaknya harus diperhatikan kondisi di lapangan. Tanpa begitu, wali murid akan terbebani.

BACA JUGA: Kepala Sekolah Ogah Infak Dikategorikan Pungli

''Target tersebut sebenarnya sangat baik. Sebab, ujian berbasis teknologi itu sudah menjadi kepastian di masa depan.

Namun, untuk keperluan ini (unas, Red), baik pemprov ataupun pemkot harus bertanggung jawab,'' ungkap pria yang juga menjadi rektor Universitas Widya Kartika (Uwika) Surabaya itu.

BACA JUGA: Guru TK-PAUD Wajib Berijazah S1

Murpin menjabarkan, salah satu komponen yang harus disiapkan pemprov atau pemkot adalah komputer.

Sebab, saat ini masih banyak sekolah yang meminjam laptop siswa untuk mencukupi saat ujian berlangsung.

Surabaya, contohnya. Boleh saja pemkot mengklaim bahwa 100 persen sekolah sudah menyelenggarakan UNBK.

Namun, harus disadari masih banyak siswa yang menyokong penyediaan perangkat ujian tersebut.

 ''Belum lagi, laptop yang dipakai unas tahun ini akan berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi tersebut membuat sekolah harus mencari-cari laptop tiap tahun,'' terang lelaki 54 tahun itu.

Murpin mengatakan, kekurangan komputer tersebut biasanya juga disiasati sekolah.

Mereka menyewa laptop atau komputer dari pihak ketiga. Biaya yang dibutuhkan juga tidak sedikit.

Nah, dia khawatir biaya tersebut juga dibebankan kepada wali murid. Bila dilakukan, hal itu jelas-jelas menyalahi aturan.

Sebab, pemerintah menggariskan bahwa UNBK hanya dilaksanakan oleh sekolah yang siap saja.

Karena itu, sekolah tidak boleh sampai pontang-panting sekadar untuk memenuhi target.

Murpin menambahkan, seharusnya pelaksanaan UNBK bisa ditargetkan apabila sistem pembelajaran siswa di sekolah sudah bergantung kepada komputer.

Artinya, pembelajaran berbasis teknologi itu tak hanya terjadi saat ujian.

''Ini agar konsistensi pembelajaran berbasis teknologi benar-benar dilakukan sekolah,'' ungkapnya.

Sementara itu, Kepala SMA 17 Agustus 1945 (Smatag) Prehantoro menyatakan, pihak sekolah sudah berusaha memasukkan komputer untuk sarana pembelajaran.

Salah satunya ketika ujian tengah semester (UTS) lalu. Saat pelaksanaan ujian, mereka sudah berbasis komputer.

Tujuannya adalah membiasakan siswa. ''Itu sudah permintaan dari yayasan untuk latihan unas,'' terangnya.

Kebutuhan komputer di sekolah tersebut, menurut Prehantoro, sudah terpenuhi.

Ada dua laboratorium yang masing-masing berisi 40 unit komputer.

Jumlah itu sesuai dengan kebutuhan kapasitas laboratorium di sekolahnya.

Pelaksanaan unas tahun depan sama seperti tahun sebelumnya. Yakni, siswa dibagi menjadi tiga kloter.

Pada tahun pelajaran ini, ada 210 siswa Smatag yang akan mengikuti UNBK.

Saat ini, menurut Prehantoro, yang perlu diperhatikan sekolahnya bukan lagi sarana dan prasarana.

Melainkan justru kematangan siswa dalam mengejakan soal ujian.

Sebab, selama tryout, masih ada nilai pelajaran yang jeblok. Terutama matematika.

Karena itu, pihak sekolah berusaha menggenjot siswa dengan memberikan pelajaran tambahan.

Setiap Jumat, siswa mendapat bimbingan untuk mata pelajaran yang nilainya dianggap kurang. (elo/ant/c19/git/flo/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Revitalisasi Sekolah Rusak di Pidie Jadi Prioritas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler