Tony Rafty, Wartawan Australia yang Pernah Meliput Perang di Surabaya (1)

Melaporkan Pertempuran dengan Sketsa

Senin, 15 Maret 2010 – 01:15 WIB

Di sela mengikuti program Senior Editors Meeting di Australia, Pemimpin Redaksi Jawa Pos Leak Kustiya menyempatkan diri mengunjungi Tony RaftyDia adalah wartawan Australia yang pernah meliput pertempuran di Surabaya pada 1945 untuk harian The Sun

BACA JUGA: Datangi Ibunda, Ucapkan Selamat dengan Kue Berumur Mingguan



= = = = = = = = = = = = = = = ==
 
TONY Rafty, 94, adalah veteran tentara Australia keturunan Yunani dengan nama asli Tony Raftopoulos
Lahir pada 12 Oktober 1915, selain seorang veteran, dia adalah wartawan sekaligus seniman kelas dunia yang punya kedekatan khusus dengan Indonesia, terutama Surabaya.
 
Kini Rafty tinggal sendirian di rumahnya di pinggiran kota Sydney

BACA JUGA: Ada Tanda-Tanda Sembuh setelah Dua Jam

Masih tampak sehat meski usianya sudah mendekati satu abad
Bicaranya lantang dan ingatannya masih tajam

BACA JUGA: Rekam Jejak Dulmatin di Mata Orang-Orang yang Mengenalnya

Dia juga lancar menceritakan pengalamannya di Surabaya saat terjadi pertempuran hebat sekitar 1945Tentang Hotel Oranje yang kini menjadi Hotel Majapahit dan peristiwa-peristiwa lain di Jakarta dan Jogja. 
 
Pada Minggu pagi lalu (7/3), Jawa Pos mengunjungi rumah Rafty yang dipenuhi sketsa dan karikaturGambar-gambar itu dia buat selama 50 tahun lebihSebagian di antaranya adalah sketsa pertempuran di Surabaya yang dulu dimuat di harian The Sun sebagai berita liputan perang dalam bentuk gambarHarian The Sun telah ditutup kira-kira 10 tahun laluKoran itu kini berubah menjadi The Sun Herald di bawah grup Fairfax.
 
Ketika pintu rumahnya diketuk, suara keras menyahut dari lantai duaTony Rafty mempersilakan Jawa Pos yang ditemani Jenny Dee, public affairs Kedutaan Besar Australia di Jakarta, untuk menaiki tangga ke lantai dua"Maaf, rumah saya berantakanYah, beginilah rumah seniman," katanya penuh keramahanSetelah Jawa Pos memperkenalkan diri, tuan rumah bercerita panjang lebar tentang karikatur dan sketsanya yang menumpuk di penjuru ruangan di lantai dua
 
Selain merekam peristiwa peperangan dalam bentuk sketsa, Rafty membidik para pemimpin negara, pegolf, petinju, penyanyi, dan politisi sebagai objek karikaturJohn Lennon dan Ringo Star dari kelompok The Beatles, Indira Gandhi, bahkan pegolf kulit hitam Tiger Wood yang tempo hari sedang terlilit skandal cinta pun pernah dia gambar dan mendapatkan tanda tangannya
 
Sebagai seniman, Rafty memang unikDia tak begitu tertarik untuk menjual karya-karyanya, tapi lebih banyak mengolekasinyaBagi dia, tak semua karya seni bisa dinilai dengan uangKarena itu, dia terus menyimpan karya-karyanya di rumah dan tak berminat melepasnya, entah sampai kapanDan, yang istimewa, hampir semua sketsa dan karikatur Tony Rafty dibubuhi tanda tangan asli orang yang menjadi objeknya

Ketika Rafty menggambar seorang tokoh, pekerjaan selanjutnya adalah berusaha mendapatkan tanda tangan"Kalau saya gagal mendapatkan tanda tangan orang yang saya gambar, saya akan membuang gambar itu ke tempat sampah," katanya, lantas terkekeh
 
Pada era 1945-an, Rafty menuturkan banyak berinteraksi dengan SoekarnoMalah, beberapa sketsa tentang presiden pertama RI itu dia visualkan dengan cara jenakaDi bawah gambar Soekarno yang sedang bercakap-cakap dengan empat orang menteri di sebuah bangku panjang dia beri kalimat keterangan seperti teks fotoBunyi kalimat itu, Soekarno: Jangan banyak bergerak, kamu sedang digambar. 
 
"Soekarno, Soeharto, Megawati, Habibie, hingga Gus Dur pernah saya temui dan saya bikin sketsanyaSemua membubuhkan tanda tangan di atasnya, kecuali presidenmu yang sekarang (Susilo Bambang Yudhoyono, Red)Ini lihat...." kata Rafty sambil menunjukkan karya-karyanya tentang tokoh-tokoh Indonesia
 
Soekano, misalnya, dalam sketsa yang dibingkai dengan pigura kayu warna putih, membubuhkan tanda tangan dengan ditambahi kata-kata heroik: Indonesia Merdeka! Sedangkan Adam Malik, yang gambarnya berukuran kira-kira 40 x 60 cm, dia ceritakan secara panjang lebar sebagai sosok wartawan Indonesia yang cerdas "Tulisan dia sangat bagusDia adalah wartawan harian Merdeka yang saya kagumi waktu itu," katanya sambil memegang sketsa Adam Malik
 
Pada masa perang kemerdekaan, pria yang piawai menggoreskan pena secara spontan itu juga menceritakan kedekatannya dengan Presiden Pertama Republik Indonesia SoekarnoKeberadaan Tony rafty di Surabaya dicatat arsip Perpustakaan Nasional Australia di Canberra sebagai wartawan asing pertama yang melaporkan tewasnya Jenderal Mallaby di Kota Pahlawan.
 
Menurut cerita Rafty, setelah diadakan gencatan senjata Indonesia dengan tentara Inggris, pertempuran berangsur-angsur redaTetapi, baku tembak antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya masih sering terjadi
 
Bentrok bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby pada 30 Oktober 1945Mobil Buick yang ditumpangi Brigjen Mallaby dicegat arek-arek Suroboyo ketika hendak melewati Jembatan MerahKarena terjadi salah paham, terjadilah tembak-menembak yang mengakibatkan mobil jenderal Inggris itu meledak
 
Peristiwa itu digambarkan Rafty dengan sangat ekspresifKalau gambar dan sketsa-sketsa lain dia goreskan dengan tinta hitam-putih, peristiwa pertempuran itu dia coretkan dengan tinta warnaAda semburat warna merah dan nyala api kekuninganMenurut Rafty, sebenarnya akan ada perundingan antara Soekarno dan Mallaby"Dalam penerbangan dari Jakarta ke Surabaya, saya satu pesawat dengan Soekarno," katanya. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dapat Applause Enam Kali, Sebut Mel Gibson dan Nicole Kidman


Redaktur : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler