jpnn.com - SOLOK - Sedikitnya ada 30 warga Kabupaten Solok positif mengidap virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) selama 2016 ini.
Namun, hanya 16 orang dari jumlah tersebut yang masih bertahan hidup, 14 orang lainnya meninggal dunia.
BACA JUGA: Margarito Kamis Akan Dimintai Keterangan
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, Sri Efianti menyebutkan, rata-rata penderita AIDS ini didominasi usia produktif, dari usia 15 hingga 40 tahun.
Namun, dari 30 orang pengidap virus mematikan itu, 2 diantaranya masih berusia balita.
BACA JUGA: Pemda Minta UWTO Permukiman Menengah ke Bawah Digratiskan
"16 orang penderita AIDS itu masih melakukan pengobatan rawat jalan," kata Sri usai menyelenggarakan kegiatan peringatan hari AIDS se Dunia di GOR Batutupang, Kotobaru, seperti diberitakan Padang Ekspress (Jawa Pos Group) hari ini.
Peringatan AIDS se Dunia bertema "Mari Merubah Masa Depan Gemilang Tanpa Penularan HIV/AIDS itu sendiri dihadiri Bupati Solok bersama sekitar 2.000 orang. Mulai dari siswa-siswi SMA se Kabupaten Solokn hingga unsur Forkopimda setempat.
BACA JUGA: DAK RSUD Banten Rp 45 Miliar Kok Bisa Nyasar?
Sri Efianti menyebutkan, tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menciptakan sinergitas seluruh stakeholder di Pemkab Solok. Dengan satu tujuan pencegahan penularan virus mematikan itu.
"Begitu juga soal merebaknya prilaku hidup menyimpang seperti LGBT," katanya.
Dalam upaya pencegahan ini lanjut Sri, Pemerintah Kabupaten Solok melalui Dinkes akan memberikan konselor pada setiap Puskesmas di Daerah tersebut.
Dimana, konselor yang telah terlatih itu nantinya akan mendampingi pasien yang terjangkit HIV/AIDS se-umur hidup.
Bupati Solok, Gusmal Dt Rajo Lelo mengatakan, keprihatian terhadap pergaulan bebas akhir-akhir ini memang sangat mengkhawatirkan. Apalagi, virus LGBT yang kian menggerogoti pergaulan generasi muda.
"Kalau tidak segera diredam, pengaruh LGBT ini juga muaranya pada penularan HIV/AIDS," kata Gusmal.
Gusmal berharap, tanggungjawab moral pembersihan pergaulan generasi muda tidak terlepas dari komitmen semua pihak. Mulai dari Pemerintah Daerah, ulama, cerdik-pandai, kaum intelektual dan tokoh niniak-mamak di Nagari masing-masing.
"Memagar generasi diperlukan kekuatan seluruh elemen masyarakat," kata Bupati. (rch/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Djaja Roeslim: Pengusaha Pengembang Rugi Rp 25 M per Hari
Redaktur : Tim Redaksi