PADANG - Pakar sejarah Islam, Prof Azyumardi Azra mengatakan, merantau yang selama ini dijadikan salah satu ikon orang Minang perlu untuk ditinjau ulangAlasannya, selain merantau membawa konsekuensi terbatasnya tenaga produktif di nagari-nagari atau desa, kondisi di rantau sendiri juga sudah tidak memberikan harapan.
"Daripada tetap menjadikan merantau sebagai sebuah ikon, lanjut Azyumardi, dalam konteks yang lebih realistis jauh akan lebih bermanfaat kalau para tenaga produktif di nagari-nagari atau desa berkosentrasi memanfaatkan lahan tidur yang terhampar di hampir seluruh pelosok kota dan kabupaten di Sumatera Barat," kata Azyumardi Azra, saat jadi keynote speaker dalam seminar Kebudayaan Minangkabau, diselenggarakan Gebu Minang, di Premier Basko Hotel, kota Padang, Minggu (12/12).
Selain itu, Azyumardi Asra yang juga Guru Besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga mengungkap efek lain dari merantau yang dahulunya hanya dilakukan oleh laki-laki, tapi dalam perjalanannya merantau pada akhirnya juga dilakukan oleh gadis Minang.
"Karena laki-laki Minang mayoritas merantau, akhirnya gadis Minang tidak punya banyak pilihan untuk mendapatkan pasangan hidupnya
BACA JUGA: Perantau Jangan Dinilai Sok Tahu
Andai pun didapat itu juga melalui proses "bajapuik" yang dalam kenyataannya sangat ditentukan oleh kemampuan finansial pihak keluarga perempuanTerkait dengan desakan Azyumardi Azra agar merantau tidak lagi dijadikan ikon bagi etnis Minang, lebih lanjut alumni Columbia University New York itu juga mendesak pemerintah daerah membukakan akses bagi anak nagari terhadap tanah produktif.
"Pemerintah daerah sebaiknya mengaktifkan lahan-lahan kosong untuk kesejahteraan masyarakat nagari
BACA JUGA: Dubes Takjub Makan Pempek Kapal Selam
Langkah ini penting untuk menahan arus merantau dan meningkatkan kesejahteraan nagari," tegasnyaBACA JUGA: Tilep Bantuan Sosial, Pejabat Lampung Ditahan
BACA ARTIKEL LAINNYA... 13 Mahasiswa Akbid Keracunan
Redaktur : Tim Redaksi