Trauma, 6 Pengungsi Tewas

Rabu, 03 November 2010 – 07:08 WIB

BOYOLALI--Bukan hanya letusan dan luncuran wedhus gembel yang kini menjadi momok para pengungsi Gunung MerapiTrauma atas letusan hebat Merapi kini menjadi hantu yang menakutkan bagi para pengungsi

BACA JUGA: Pengungsi Minta Bilik Asmara

Dua orang pengungsi tewas dalam sehari di dua tempat terpisah kemarin (2/11)
Kedua pengungsi yang tewas tersebut adalah Wakini, 70, warga Dusun Sumber, Desa Klakah, Kecamatan Selo, Boyolali dan Jemi Pawiro Winangun, 80, warga Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten

BACA JUGA: Pasal Makar Perlu Direvisi

Keduanya tewas akibat stroke
Stroke ini muncul lantaran keduanya kaget mendengar dentuman dahsyat saat Merapi meletus

BACA JUGA: MRP Desak UU Otsus Papua Direvisi



Wakini tewas setelah beberapa hari dirawat di Puskesmas SeloSedangkan Jemi meninggal dunia di RSUP Soeradji Tirtonegoro, Klatendengan tewasnya dua orang ini ini, menambah panjang daftar korban pengungsi yang meninggal akibat letusan MerapiTotal di Boyolali dan Klaten tercatat enam orang pengungsi tewas sejak letusan pertama Merapi, Selasa (26/10) laluEmpat orang di Boyolali dan dua pengungsi di Klaten.     

Berdasar informasi yang dihimpun Radar Solo (grup JPNN) di Puskesmas Selo, Wakini sempat mendapat perawatan di Puskesmas Selo sejak Sabtu (30/10) laluDia dirawat setelah kaget usai letusan besar Sabtu dini hari"Korban mengalami shock hebat karena mendengar letusan Merapi," kata Endang Kristiyanti, salah satu petugas puskesmasSenin (1/11) sore, Wakini dan keluarganya memaksa untuk pulang"Kami sebetulnya melarang pulang agar tetap dirawat di PuskesmasTapi tidak mau," tuturnya.

Lantaran kondisi makin memburuk, pihak puskesmas sempat merujuknya ke RSUD Pandan Arang BoyolaliSaran ini pun tidak digubris pihak keluargaSenin sekitar pukul 16.00, Wakini dibawa pulang setelah menandatangani pernyataan pulang paksaWakini tidak dibawa pulang langsung ke rumah lantaran masih berbahaya

Pihak keluarga membawa pulang ke rumah salah satu keluarganya yang ada di Desa Sanden, Kecamatan Wonolele, MagelangKemarin, petugas puskesmas mendapat kabar jika Wakini meninggal dunia"Keluarga minta bantuan ambulans untuk membawa jenazah ke rumah duka di Dusun Sumber," terang Endang.

Selain korban tewas, pengungsi mulai terserang diare dan ISPAPengungsi yang dirawat di Puskemas Selo mencapai 12 orangDua orang menderita diare, yakni Sinem, 55, warga Dusun Bakalan, Desa Klakah, dan seorang balita bernama Ega Fauzan, 1, warga Desa Windusajan Wonolele, Magelang"Sinem masih dirawat, sedangkan untuk balitanya memaksa pulangKatanya akan dirawat di rumah dan kalau bertambah parah katanya hendak dibawa ke Muntilan," tambahnya.

Di Kecamatan Cepogo, tim penanganan bencana mencatat 40 pengungsi mengalami iritasi mata, sesak napas dan shockPasien ini hanya rawat jalan di pengungsianDua pengungsi dirujuk ke RSUD Pandan Arang lantaran demam tinggiDia adalah Sarjo, 80, warga Dusun Gatakan, Desa Wonorejo, Kecamatan Cepogo"Sejak malam memang sudah panas tinggi," kata Kismo, 55, salah satu anak Sarjo. 

Sementara itu, Jemi Pawiro sebelum meninggal sempat dirawat di RSUP Soeradji TirtonegoroJemi merupakan pengungsi yang sejak Selasa (26/10) sudah ikut meninggalkan rumahSaat ikut gelombang pengungsi pertama dia menetap di Pos Pengungsian Desa Dompol, Kecamatan KemalangMalam hari sekitar pukul 23.00 dia dirawat di puskesmas setempat.

Selama hampir sepekan menjalani perawatan di puskesmas, kondisi  Jemi tidak juga membaikSehingga tenaga dokter setempat meminta agar dia dirujuk ke RSUP agar mendapat penanganan yang lebih seriusNamun pihak keluarga ternyata pasrah dan takut biaya untuk membawa Jemi ke rumah sakit"Tim kesehatan puskesmas sempat merayu agar pasien segera dibawa ke puskesmasNamun keluarga mengaku kesulitan biayaSetelah kami meyakinkan bahwa semua biaya ditanggung Satkorlak PB baru keluarga mau membawa Jemi ke RSUP,?ujar Kasubag Humas Pemkab Klaten Hery Susilo.

Pada Minggu (30/10) Jemi kemudian dilarikan ke RSUP langsung masuk unit gawat darurat (UGD)Namun sayang sakit stroke yang diderita Jemi sejak 3.5 sudah cukup parahSehingga baru menjalani perawatan satu hari dia mengembuskan napas terakhirnya"Jemi meninggal Senin dini hari setelah mendapat penanganan serius dari tenaga medisKami sudah berusaha maksimal untuk menyembuhkan pasien tersebutNamun Tuhan berkehendak lainSekitar pukul 01.00 dia meninggal," ujar Direktur Layanan Medis RSUP Soeradji Tirtonegoro Bambang Purwoatmodjo.

Dia menambahkan, setelah meninggal, keluarga meminta agar jenazah dimandikan sekalian serta dimasukkan ke peti matiRumah sakit menuruti keinginan keluarga, karena yang  bersangkutan memang dari keluarga  kurang mampuLebih lanjut Bambang menjelaskan, di RSUP hingga saat ini ada 16 pengungsi yang menjalani perawatan intensifTiga di antaranya menderita sakit stroke, tiga orang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan beberapa pasien mengalami luka patah karena terjatuh  saat mengungsi.

"Untuk pasien stroke memang sudah menderita sebelum mengungsi ke pos pengungsianKondisinya lumayan membaik, kami selalu memantau dan melaporkan perkembangan kesehatan ke Satkorlak PB Klaten," jelasnyaSebelum Jemi, di RSUP Klaten juga ada pengungsi yang meninggal di RSUP yaitu Sukiyem warga Desa Panggang, Kecamatan KemalangDia meninggal juga karena menderita stroke selama beberapa tahun terakhir.(un/oh/nan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... JK: Dua Bulan Rumah Tuntas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler