jpnn.com, BATAM - Tren industri di Batam akan segera beralih dari industri berteknologi rendah menuju industri digital dan industri manufaktur berteknologi tinggi yang merupakan pilar era industri 4.0.
Salah satu di antaranya yakni Pegatron telah masuk dan berbisnis di Batam. Perusahaan pemasok komponen iPhone asal Taiwan itu membuka pabrik di dua kawasan industri yakni di Satnusa Persada dan Batamindo.
BACA JUGA: Hadi Tri Susanto Jadi Kurir Sabu-sabu Antarnegara, Begini Modusnya
Setelah Pegatron, ada sejumlah investor yang bergerak di sektor industri 4.0 menaruh minatnya ke Batam. Contohnya Pasifiktel Indotama (Paktel) dan Styles Theory.
BACA JUGA: Pelatih Persib Sesalkan Sikap Suporter Persija: Semestinya Harus Ada Rasa Manusiawinya
BACA JUGA: Jadi Pengedar Sabu-sabu, Dua Aparatur Sipil Negara Ditangkap
Presiden Direktur Paktel, John Lester mengatakan perusahaannya tertarik merelokasi antena satelit ke Batam karena lokasinya yang strategis.
"Kami butuh ruang untuk merelokasi 11 antena satelit tersebut. Lahan yang kami butuhkan kurang lebih satu hektar. Untuk relokasi tentunya butuh banyak persiapan, khususnya akses transportasi. Batam memiliki kemudahan tersebut," ujarnya, Selasa (9/7) di BP Batam.
BACA JUGA: Lepas dari Pengawasan Orang Tua, Kaki Bocah Tersangkut di Eskalator Mal
Lester menyebut penyebab relokasi karena pemilik lahan tempat antena satelit yakni Asia Satelite Internet Exchange Limited (ASIX) di Hongkong memutuskan untuk menjual lahannya.
Lester juga menyebut selain Batam, ternyata mereka juga berminat ke Filipina dan Malaysia. Tapi, Batam merupakan pilihan pertama yang telah disepakati oleh perusahaan yang bergerak di layanan jaringann telekomunikasi ini.
"Kami pilih Batam karna minim gedung pencakar langit yang dapat menghalau akses ke satelit di luar angkasa," jelasnya.
Selain itu, Batam memiliki fasilitas yang dibutuhkan seperti genset listrik, gedung, pusat jaringan kontrol, infrastruktur IT, serta menampung peralatan stasiun satelit di darat. "Apabila bisnis ini terlaksana, maka Paktel akan menyerap 50-100 tenaga kerja yang terdiri dari insinyur dan teknisi," ucapnya.
Menanggapi minat Paktel tersebut, Kepala BP Batam, Edy Putra Irawadi mendukung bisnis Paktel di Batam.
Ada tiga rekomendasi yang diberikan BP Batam kepada Paktel untuk berbisnis di Batam. Pertama, BP Batam akan mengalokasikan lahan untuk Paktel. Kedua, Paktel dapat menggunakan bangunan yang dimiliki BP Batam yang telah dilengkapi peralatan dan tower.
BACA JUGA: Melawan Saat Ditangkap di Depan Pacar, Dor! Udin Pocong Roboh
"Dan terakhir, menggunakan fasilitas IT Center BP Batam. Masing-masing dari pilihan ini tentunya menguntungkan dari sisi yang berbeda," jelansya.
Selain Paktel, investor Singapura Styles Theory juga merencanakan berbisnis di Batam. Perusahaan ini bergerak di usaha penyewaan baju lewat aplikasi digital.
Perusahaan digital asal Singapura, Styles Theory berniat untuk membuka bisnis di Batam. Styles Theory ingin berbisnis di bidang pemeliharaan terhadap produk berupa baju bermerk.
Co Founder CEO Styles Theory, Christopher Revandus Halim mengatakan perusahaan yang dirintisnya ingin mengetahui lebih detail tentang tata cara berinvestasi di Batam, khususnya mengenai ekspor dan impor barang dari dan ke kawasan perdagangan bebas Batam.
"Styles Theory menyediakan aplikasi sewa baju bermerk yang pertama kali diluncurkan di Singapura dan mulai masuk ke Indonesia pada November 2017," katanya.
Lewat aplikasi digital buatannya, kegiatan menyewa pakaian bermerk tersebut dapat dilakukan tanpa batas. Aplikasi ini memberikan kesempatan pada para penggunanya untuk bergaya sesuai pilihan konsumen.
"Kami tertarik untuk membuka bisnis pemeliharaan terhadap produk berupa pembersihan, perbaikan, perawatan barang. Setelah melakukan pemeliharaan di Batam, maka produk-produk tersebut akan diekspor kembali ke Singapura," paparnya.
"Untuk kegiatan rental dilakukan di Singapura. Disana kita punya gudang sendiri. Pengiriman dilakukan ke Batam hanya untuk pemulihan saja, kemudian dikirim lagi ke Singapura untuk disimpan lagi," jelasnya.
BACA JUGA: Partai NasDem Langsung Bebastugaskan Gubernur Kepri dari Jabatan Ketua DPW
Sedangkan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid menegaskan bahwa tiap tahunnya Batam mendapatkan minat yang cukup besar dari investor seluruh dunia.
"Namun ketika akan realisasi, banyak kendala dan pertimbangan lain yang muncul sehingga investasinya tidak jadi," katanya.
Dia menyarankan agar pihak BP Batam terus menerus mendekati calon investor potensial agar yakin merealisasikan investasinya di Batam.
"Dari pihak terkait lainnya harus memberikan iklim investasi yang nyaman dan menguntungkan dari sisi bisnis yang akan dijalankan calon investor ini," pungkasnya.(leo)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Faktor Utama Industri Waralaba Bakal Tumbuh 10 Persen
Redaktur & Reporter : Budi