TRIPOLI - Suasana di kota-kota Libya, termasuk Tripoli, terasa mencekam sejak meletusnya unjuk rasa menuntut mundurnya sang pemimpin, Muammar KadhafiItu menyusul tindakan pasukan keamanan Libya yang menembaki demonstran secara membabi buta
BACA JUGA: Kapal Iran Bermanuver di Terusan Suez
Sejumlah laporan menyebut bahwa mayat-mayat tergeletak atau bergelimpangan di jalanan ibu kota kemarin (22/2)Mohammed Ali, anggota kelompok oposisi Libyan Salvation Front, menuturkan bahwa sebagian warga Tripoli terpaksa bersembunyi dalam rumah kemarin
BACA JUGA: Indonesia Diminta jadi Pemantau di Perbatasan Kamboja-Thailand
Sebab, tentara pro-Kadhafi mengancam menembak mati siapa saja yang berkeliaran di jalan."Mereka (tentara pro-Kadhafi) juga menembaki ambulans
BACA JUGA: Bom Bunuh Diri Lagi di Kunduz, 28 Tewas
Warga Tripoli memberikan kesaksian yang sama, tetapi tak mau disebut namanya karena khawatir menjadi sasaran tentara pro-Kadhafi.Beberapa saksi mata menuturkan bahwa pasukan keamanan pro-Kadhafi menembaki demonstran dan massa pendukung mereka dari helikopterInformasi lain menyebutkan bahwa pesawat-pesawat militer Libya juga membom para demonstran saat berada di jalanSebelumnya, pasukan keamanan Libya didukung tentara bayaran dan para pendukung Kadhafi juga telah menyerang demonstran anti-pemerintah dengan pisau, pistol, dan senapan mesin serta senjata serbuSerangan itu terjadi di Kota Al Bayda, sekitar 200 km dari Benghazi, kota terbesar kedua di Libya
Gejolak di Libya sudah memasuki hari kedelapan kemarinHal itu dipicu oleh unjuk rasa menuntut kebebasan, demokrasi, serta tingginya pengangguran dan kemiskinan di Libya selama 41 tahun kekuasaan Kadhafi.
Lembaga pengawas hak asasi manusia (HAM) yang berpusat di New York, Human Rights Watch (HRW), membeberkan bahwa sedikitnya 62 orang telah tewas dalam dua hari kerusuhan di Tripoli sejak Senin lalu (21/2)Informasi tersebut diperoleh dari saksi mata dan sumber medis di rumah sakit.
HRW juga menginformasikan bahwa secara total sedikitnya 233 orang tewas dalam delapan hari unjuk rasa dan kerusuhan di LibyaInformasi yang didapat Federasi Internasional untuk HAM (IFHR) justru menyebut, korban tewas ditaksir mencapai 400 orang sejak unjuk rasa meletus 15 Februari laluNamun, seperti dikutip CNN, Wakil Dubes Libya untuk PBB Ibrahim Dabbashi menaksir korban jiwa menembus 800 orang akibat pembantaian terhadap demonstran.
Tripoli masih membara kemarinIntimidasi tentara dan tembakan senjata terus terdengar di seantero kota ituPasukan keamanan memagar betis Fashluum, pinggir Tripoli, dan menembak siapapun yang lewat.
Seorang perempuan di Tripoli yang menjadi saksi mata melukiskan bahwa suasana kota terasa tegang dan sangat mencekam kemarin pagi"Kami dengar sangat sering suara tembakan dan ledakanSemuanya berbaur dengan suara demonstran dan bunyi sirene," katanyaPetugas pemadam kebakaran, lanjut dia, tak bisa menjinakkan api yang membakar People's Hall (gedung pemerintah)
Akibat situasi itu, terjadi kelangkaan pangan dan bahan bakarWarga kesulitan mendapatkan kedua barang tersebut di seantero TripoliSeorang warga di Gargaresh, pinggiran sebelah barat Tripoli, mengaku tidak bisa membeli kedua barang ituPompa bensin tutup, sedangkan bahan pangan sudah tak lagi dijual di toko"Kelangkaan itu sepertinya disengaja oleh rezim yang berkuasa untuk membatasi gerak massa," tudingnya.
Pembunuhan masal dan pembantaian atas para demonstran di Libya langsung memicu reaksi duniaNegara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengutuk keras jatuhnya korban dalam jumlah besar akibat pembantaian tersebutKecaman datang pula dari negara-negara Teluk, yang notabene masih tetangga dekat Libya.
Sekjen PBB Ban Ki-moon langsung menyuarakan kemarahannya terkait penembakan atas demonstran dari pesawat tempur dan helikopterBan berbicara langsung lewat telepon dengan Kadhafi selama 40 menitDalam kesempatan itu, Ban meminta Kadhafi segera menghentikan kekerasan di negaranya"Menurut sekjen, jika benar, serangan seperti itu terhadap warga sipil merupakan pelanggaran serius terhadap undang-undang kemanusiaan internasionalJadi, itu harus dikutuk," kata juru bicara PBB Martin Nesirky.
Menlu Jerman Guido Westerwelle menyebut rezim di Libya pantas dijatuhi sanksi internasional karena tindakannya tersebutDia tidak merinci sanksi yang mungkin dikenakanTetapi, Westerwelle mengaku telah meminta dubes Jerman di PBB untuk mendesak dewan keamanan (DK PBB) bertemuMerespons situasi di Libya, DK PBB mengadakan pertemuan konsultasi darurat Selasa siang atau sore waktu AS (Rabu pagi WIB)Belum diketahui apa agenda yang akan dibicarakan atau kemungkinan tindakan (sanksi) yang akan diambil.
Komisi Tinggi untuk HAM (UNHCHR) juga telah mendesak investigasi internasional atas pembantaian terhadap warga sipil tersebut"Serangan luas dan sistematis pada warga sipil itu bisa mengarah pada kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Komisioner UNHCHR Navi PillayDia mendukung UNHCHR mengadakan rapat daruratKeputusannya diserahkan kepada 47 negara anggota.
Kebrutalan tentara dan rezim Kadhafi menuai reaksiSejumlah unit militer membangkang dan bergabung dengan demonstranBahkan, tentara anti-pemerintah bersama pengunjuk rasa kini menguasai kota-kota di timur Libya, termasuk Benghazi.
Dua pilot pesawat tempur Libya yang berpangkat kolonel kemarin meminta suaka politik ke MaltaKeduanya mendarat dengan jet tempur yang mereka pilotiDua perwira itu membelot karena menolak perintah untuk mengebom demonstran atas perintah Kadhafi dan anaknya, Seif al-IslamJumlah pejabat dan diplomat Libya yang mundur juga bertambahDubes Libya untuk AS Ali Aujali menolak patuh kepada rezim di negerinyaDia malah mendesak militer mengambil-alih kekuasaan dengan menggulingkan Kadhafi
Sikap mundur juga disampaikan Dubes Libya untuk Bangladesh Ahmed A.HElimam dan Dubes untuk Indonesia Salaheddin MEl BishariMereka tidak bisa menerima perlakuan terhadap demonstranMereka mengikuti jejak dubes Libya di India dan diplomat senior Libya di TiongkokNuri al-Mismari, yang menjabat sebagai kepala protokol negara dan juga menjadi pembantu Kadhafi selama 40 tahun, juga mundur(AP/AFP/Rtr/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Marty: Pertemuan Hari Ini Bagian dari Proses
Redaktur : Tim Redaksi