jpnn.com, JAKARTA - Kendati tidak ditargetkan tersambung pada 2019 seperti Trans Jawa, pembangunan tol Trans Sumatera terus digenjot.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan ruas tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (61,72 km) dan Palembang- Indralaya sepanjang (22 km) siap diresmikan.
BACA JUGA: Akhir 2018, Tol Trans-Jawa tak Hanya Sampai Surabaya
Selesainya pembangunan kedua ruas tol ini menambah panjang jalan tol di Indonesia yang ditargetkan bertambah 1.800 km dalam periode 2015-2019.
Kehadiran tol itu akan meningkatkan konektivitas sehingga memperlancar distribusi dan menurunkan biaya logistik barang dan jasa.
BACA JUGA: Investor Tiongkok Tertarik Tol Trans Jawa
Tol itu semakin memperkuat struktur kawasan perkotaan metropolitan Medan-Binjai- Deli Serdang-Karo sebagai metropolitan terbesar ketiga terbesar di Indonesia.
Tol itu juga sekaligus menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi nasional di bagian barat.
BACA JUGA: Ada 9 Lahan Wakaf di Tol Pejagan-Pemalang Belum Dibebaskan
Seperti kawasan industri Medan, Bandara Kualanamu, Pelabuhan Kuala Tanjung, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkae, serta akses menuju Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba karena akan terkoneksi dengan Tol Tebing Tinggi-Pematang Siantar-Parapat.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja mengatakan, untuk ruas Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi peresmiannya tinggal menunggu jadwal Presiden saja.
Semua sudah siap seratus persen termasuk rambu, marka jalan, dan infrastruktur pendukung jalan tol juga telah dipasang sempurna.
"Rencananya tanggal 10 (Oktober). Tunggu waktu dari Presiden," ujar Endra kepada Jawa Pos kemarin.
Jalan tol tersebut terbagi menjadi tujuh seksi. Seksi 1-6 sepanjang 52,85 km terbentang dari Tanjung Morawa hingga Sei Rampah.
Sementara Seksi 7 Sei Rampah-Tebing Tinggi ditargetkan rampung pada April 2018 karena masih terkendala pengadaan lahan yang melewati kawasan permukiman.
Pembangunan dilakukan melalui skema kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha Jalan Tol ( BUJT) yakni PT Jasamarga Kualanamu Tol (JMKT).
Pemerintah memberikan dukungan berupa konstruksi Seksi 1 Simpang Tanjung Morawa - Simpang Perbarakan (7,5 Km) dan Seksi 2 Simpang Perbarakan - Kualanamu (7,05 Km) dengan anggaran sebesar Rp 1,4 triliun.
Jalan tol kedua yakni Palembang-Indralaya sepanjang 22 kilometer akan selesai dalam waktu dekat dan siap diresmikan.
Tol ini akan mendukung konektivitas Asian Games 2018. "Palembang-Indralaya juga sudah sesuai jadwal pembangunannya. Terutama untuk menyambut dan mendukung pelaksanaan Asian Games XVIII yang dilaksanakan di Jakarta dan Palembang tahun depan," kata Basuki.
Tol Palindra terdiri dari tiga seksi, yakni seksi I ruas Palembang – Pemulutan, seksi II Pemulutan – Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan seksi III KTM – Simpang Indralaya.
Pembangunannya dimulai sejak 2015 oleh PT Hutama Karya (Persero) dengan nilai kontrak sebesar Rp 2,63 triliun.
Jalan Tol Palindra merupakan bagian dari Tol Trans Sumatera dari Lampung hingga Aceh yang berada di sisi timur Pulau Sumatera sepanjang 2.800 Km.
Tol Trans Sumatera memiliki tiga sirip untuk menghubungkan pusat kegiatan di sisi Barat dan Timur Pulau Sumatera.
Yakni Palembang - Bengkulu (salah satunya adalah ruas Tol Palindra), Pekanbaru - Padang dan Medan - Parapat - Sibolga.
Pembangunan Tol Palindra menggunakan teknik konstruksi khusus karena lahan pembangunannya didominasi oleh daerah rawa bergambut.
Yakni dengan teknologi Vacuum Consolidation Method (VCM) untuk mengurangi kadar air dan kadar udara dalam tanah.
Inovasi teknologi ini lebih cepat 4 bulan dibandingkan dengan metode konvensional, yaitu sistem drainase vertikal yang dapat memakan waktu satu tahun. Tidak heran, penggunaan teknologi itu pun diapresiasi presiden Joko Widodo.
’’Ini pekerjaan besar dari Lampung sampai ke Aceh, tapi kalau kita lihat bergeraknya cepat sekali,’’ ujar Jokowi saat mengecek progres tol di Riau Juli lalu.
Kecepatan pembangunan diperlukan karena tol tersebut sudah ditunggu-tunggu masyarakat Sumatera untuk memudahkan akses transportasi.
Sehingga, masyarakat jadi tidak lagi bergantung kepada jalur lintas sumatera yang di sejumlah titik acapkali rusak.
Sementara itu,Bandara Trunojoyo Sumenep tidak hanya dioperasikan penuh sejak bulan lalu. Bandara tersebut diproyeksikan bisa didarati pesawat jet komersial.
Karena itu, perluasan bandara tetap akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konektivitas. Khususnya, memperpanjang runway dari yang ada saat ini.
Kemarin (8/10), Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Sumenep via bandara Trunojoyo. Dari bandara Juanda Surabaya, Presiden berganti pesawat dari Indonesia-1 ke CN-295.
Bandara itu baru saja beroperasi 27 September lalu setelah runway diperpanjang dari 1.100 menjadi 1.600 meter.
Dampak perpanjangan runway itu, bandara Trunojoyo sudah bisa didarati pesawat kelas ATR. Perpanjangan itu diapresiasi presiden yang menginginkan konektivitas transportasi.
Namun, bandara itu masih bisa diperluas lagi. ’’Harus diperpanjang lagi agar dapat digunakan pesawat yang lebih besar,’’ ujar Jokowi kemarin.
Permintaan Jokowi tersebut diiyakan oleh menhub Budi Karya Sumadi. Menurut dia, sudah ada rencana memperpanjang runway dari 1.600 menjadi 2.250 meter.
Lebar runway juga ditambah dari 30 menjadi 45 meter. ’’Sehingga tidak hanya pesawat proppeller saja yang bisa mendarat, namun juga jet,’’ terangnya.
Sepaket dengan perpanjangan runway, bangunan terminal penumpang juga akan diperluas secara bertahap.
’’Tahap satu seluas 800 meter persegi, tahap dua 1.160 meter persegi, dan tahap tiga 2.139 meter persegi,’’ lanjut mantan Dirut PT Angkasa Pura II itu.
Ditargetkan, perpanjangan runway dan perluasan terminal akan selesai pada 2019. (and/byu)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tol Jombang-Mojokerto Mangkrak Sejak Orba, Kini Tuntas Juga
Redaktur & Reporter : Soetomo