jpnn.com - ORANG yang merokok e-rokok mungkin memiliki peningkatan risiko terkena pneumonia karena uap dari vape membantu bakteri menempel pada sel-sel yang melapisi jalan napas.
Rokok tradisional telah lama dikaitkan dengan peningkatan risiko pneumonia, tapi kurang jelas apakah rokok bisa memiliki efek yang sama.
BACA JUGA: Menyedihkan, Anak SD Bahkan Bisa Miliki Vape
Untuk mengetahui hal ini, peneliti melakukan serangkaian percobaan laboratorium untuk melihat apakah paparan uap vape bisa meningkatkan kadar molekul yang diproduksi oleh sel-sel pengencang saluran nafas, yang disebut reseptor faktor pengaktif platelet (platelet-activating factor receptor / PAFR).
Bakteri pneumokokus menggunakan PAFR untuk membantu mereka mematuhi sel-sel saluran napas.
BACA JUGA: Singapura Beri Sanksi Berat Pengguna Vape, Indonesia Gimana?
Pertama, para peneliti memaparkan beberapa sel epitel jalan nafas manusia di piring budaya menjadi uap e-cigarette.
Dibandingkan dengan sel yang tidak terekspos, mereka yang memiliki kadar PAFR adalah tiga kali lebih tinggi.
BACA JUGA: Produk Tembakau Alternatif Diklaim Kurangi Adiksi Rokok
Kemudian, peneliti memberi tikus uap vape dan menemukan produksi PAFR yang lebih tinggi pada hewan pengerat yang menghirup asap dari e-cigarette.
Akhirnya, para periset bertanya kepada 17 orang yang merupakan pengguna vape reguler yang datang untuk merokok sebuah e-cigarette di laboratorium.
Dibandingkan dengan tingkat PAFR partisipan yang diukur sebelum sesi vaks, ada peningkatan tiga kali lipat tingkat PAFR satu jam setelah orang merokok dengan rokok.
"Pesan yang dibawa pulang adalah jangan terlalu optimistis untuk mengasumsikan bahwa semua efek buruk dari merokok bisa dikurangi dengan beralih ke vaping," kata penulis studi senior, Jonathan Grigg dari Queen Mary University of London, seperti dilansir laman Fox News.
Perusahaan tembakau besar A.S. kini sedang mengembangkan gadget e-cigarette bertenaga baterai yang menampilkan ujung yang bercahaya dan elemen pemanas yang mengubah nikotin dan perasa cair menjadi awan uap yang dihirup oleh pengguna.
Bahkan ketika vape tidak mengandung nikotin, paru-paru masih terkena bahan kimia penyembuh saat cairannya dipanaskan dan uapnya yang dihirup.
Beberapa penelitian sebelumnya, kebanyakan dalam percobaan laboratorium, telah menghubungkan paparan terhadap perasa ini dengan peningkatan biomarker karena peradangan dan kerusakan jaringan.
Kerusakan sel jenis ini bisa menyebabkan masalah paru-paru termasuk fibrosis, gangguan paru obstruktif kronik dan asma.(fny/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal Rokok Elektrik, RI Perlu Meniru Kebijakan 2 Negara Ini
Redaktur & Reporter : Fany