Wagub Jatim Dorong Kades Alokasikan Dana Desa untuk Turunkan Angka Stunting

Rabu, 31 Juli 2019 – 17:24 WIB
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak (2 dari kiri) mendukung kerja sama lintas pemangku kepentingan dalam mengatasi dan mencegah masalah stunting pada anak. Foto: Ist

jpnn.com, SURABAYA - Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Emil Elestianto Dardak mendukung kerja sama lintas pemangku kepentingan dalam mengatasi dan mencegah masalah stunting pada anak.

Dia mendorong kepala desa di daerah yang menjadi lokus penanganan nasional untuk mengalokasikan dana desa guna mencegah stunting.

BACA JUGA: Kementan Menginisiasi Program Opal untuk Atasi Stunting

Menurutnya, angka stunting di Jawa Timur sudah cukup mengkhawatirkan. Dia menyebutkan, jumlah balita stunting sudah mencapai 30 persen.

BACA JUGA: Kementan Menginisiasi Program Opal untuk Atasi Stunting

BACA JUGA: Produk Industri Pengolahan Dominasi Komoditas Ekspor

Data itu terungkap di forum sosialisasi gerakan Aksi Cegah Stunting di Kantor Dinas Kesehatan Jatim yang dihadiri oleh Direktur Jendral diikuti kepala dinas dari 18 kabupaten dengan prevalensi stunting tinggi di Jatim.

Forum sosialisasi Aksi Cegah Stunting ini digagas oleh Direktur Jenderal Pembangunan Desa Tertinggal (PDT), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Samsul Widodo.

BACA JUGA: Genjot Ekspor Dengan Desentralisasi Perizinan

Samsul bekerja sama dengan peneliti tumbuh kembang dan gizi anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)/Fakultas Kedokter Universitas Indonesia (FKUI) Damayanti Rusli Sjarif untuk menginisiasi gerakan ini.

Awal 2018 lalu, tim yang dipimpin oleh Damayanti menangani sekaligus mengamati kasus stunting di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Metode mereka ternyata berhasil menurunkan angka stunting sampai delapan persen hanya selama enam bulan.

Tim ini pun datang ke Jawa Timur untuk berbagi dan menawarkan agar sejumlah kabupaten di provinsi itu mau menjadi pilot project pelaksanaan metode yang telah diterapkan di Pandeglang.

"Dalam diskusi tadi disebut 75 persen dari yang stunting kemunginan IQ-nya di bawah rata-rata. Bayangkan kalau ini terjadi di Jatim. Bagaimana kami bisa mengentas kemiskinan? Ini pekerjaan rumah yang urgen, sangat urgen," ujar Emil.

Dia menambahkan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bersama Dinkes dan tim dari Damayanti dan PDT akan merumuskan langkah tindak lanjut.

“Pemprov akan mendukung," ujar Emil.

Pemprov Jatim, kata Emi, akan mengambil langkah spesifik daerah mana saja yang perlu menjadi fokus penanganan.

Nantinya ada sejumlah desa di kecamatan yang sama yang menjadi fokus penanganan.

“Puskesmasnya bisa menjadi lokus (penanganan stunting) untuk penerapan penanganan sesuai metode Aksi Cegah Stunting ini. Kasih kami waktu satu sampai dua bulan ke depan untuk merancang ini,” katanya.

Tidak hanya itu, Pemprov akan mendorong kepala desa agar menganggarkan dana desa untuk penanganan stunting.

Dia meminta Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk memastikan kepala desanya berkomitmen soal ini.

"Ini bukan soal takut, ini soal komitmen. Sudah ada buku panduan untuk Tahun Anggaran 2020, dana desa untuk kebutuhan kesehatan itu apa saja yang harus dilakukan. Itu harusnya dipenuhi. PDIT juga turun, kan?" katanya.

Dirjen PDT Samsul Widodo mengaku menginisiasi gerakan itu karena merasa resah terhadap penanganan stunting yang tidak spesifik.

"Kami merasa banyak yang bicara soal stunting, tetapi semua tentang kelembagaan, makro, kebijakan. Tidak ada langkah konkrie yang harus dilakukan di level desa. Sampai akhirnya saya bertemu Profesor Damayanti,” ujarnya.

Dia meyakini dana desa bisa dialokasikan untuk mendukung gerakan pencegahan stunting ini.

"Bisa dipakai untuk beli timbangan, alat ukur (untuk posyandu), bisa juga untuk makanan tambahan dan sebagainya," katanya.

Samsul mengatakan, pekan depan dia akan mengirimkan tim untuk mendiskusikan teknis rencana tindak lanjut penerapan gerakan ini di Jawa Timur.

“Ini pertama kali kami menggandeng daerah lain setelah penelitian kami di Pandeglang. Sebenarnya kami juga menyasar Jateng, Jabar, dan Indonesia Timur. Di putaran kedua nanti kami coba ke NTT atau daerah lain dengan prevalensi stunting tinggi, katanya.

Soal kepala desa yang belum menganggarkan dana desa untuk pencegahan stunting, Samsul yakin itu disebabkan karena selama ini tidak ada advokasi yang konkret kepada mereka.

“Bukan mereka tidak mau, melainkan tidak tahu. Karena itu, dari forum ini kami punya kesepakatan dengan dinas PPMD dan dinkes bersama-sama menyasar dan mencegah stunting, dan Pak Wagub merespons dengan baik," tutup Samsul. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jatim Sumbang 40 Persen Pendapatan PT PP Properti


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler