jpnn.com, SURABAYA - Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak menilai, pembangunan infrastruktur nasional lima tahun terakhir sangat bagus. Terutama pembangunan tol di beberapa wilayah Indonesia.
“Pembangunan infrastruktur kita lima tahun kenceng nggak. Di Jawa kenceng, di luar Jawa juga kenceng. Ada trans Jawa, trans Papua, dan kereta Sulawesi,” ujarnya dalam acara launching dan bedah buku berjudul Politik Kerja Jokowi di ruang theater lantai 9 Universitas Ciputra Tower CBD Citraland, Surabaya, Jatim Senin (25/2).
BACA JUGA: Kondisi Arumi Bachsin Mulai Pulih, Antara Senang dan Malu
Mantan Bupati Trenggalek ini menilai, Presiden Jokowi memiliki kemampuan dalam melakukan eksekusi. Pembangunan infrastruktur sangat bermanfaat untuk percepatan pertumbuhan ekonomi.
“Dalam kerja dan eksekusi ini ada di Pak Jokowi. Secara terminologi politik kerja sudah diaplikaskan oleh presiden kita,” katanya.
BACA JUGA: Emil Dardak pun Tersenyum Mendengar Pujian Khofifah
Emil yang datang ditemani istrinya, Arumi Bachsin menilai, pembanguna tol bisa membuat perekonomian masyarakat meningkat. Ketika ekonomi di Jawa, Kalimanatan, Sulawesi, dan beberapa daerah lain naik, maka Indonesia akan menjelma menjadi kekuatan ekonomi baru di asia. “Jadi politik kerja ini tepat, bukan politik untuk politik,” jelasnya.
Sebagai mantan dosen, Emil memandang bahwa buku Politik Kerja Jokowi sangat ilmiah. Buku ini menjadi inspirasi dan menjadi bahan referensi untuk dunia akademik.
BACA JUGA: Wejangan Pak Tjahjo untuk Mbak Khofifah dan Mas Emil
“Buku ini sangat bagus, dan menjadi sumber referensi ilmiah di lingkungan akademik,” ungkapnya.
Hadir dalam acara ini, Andi Budi Sulistijanto penulis buku Politik Kerja Jokowi, Prof. Burhan Bungin Dekan Fikom Ciputra, Prof. Sam Abede Pareno, dan Timotius Febry, Dosen Manajemen Universitas Ciputra.
Penulis buku Andi Budi Sulistijanto memandang, Jokowi sebagai presiden lebih banyak bekerja ketimbang wacana politik. Tidak terlalu banyak berwacana dan beretorika.
Jokowi lebih banyak bekerja untuk pembangunan demi percepatan pertumbuhan indonesia dari banyak bidang. Politik kerja Presiden Jokowi dimulai dengan perencanaan prioritas kerja.
“Jokowi lebih banyak menyoroti tentang terpisahnya Indonesia karena tidak maksimalnya pembangunan infrastruktur. Untuk itu infrastruktur menjadi tema utama,” ujarnya.
Selain infrastruktur, kata Gus Andi, sapaannya, Jokowi sudah mencanangkan pembangunan bendungan besar di berbagai wilayah Indonesia. Saat ini sudah ada 33 bendungan yang dibangun dari target bendungan yang selalu bertambah setiap tahunnya. Bahkan Jokowi melanjutkan pembangunan bendungan yang sudah mangkrak sejak 1980an.
Jokowi juga membangun tol laut dengan membangun beberapa pelabuhan. Karena Jokowi sadar bahwa indonesua disatukan oleh laut. Dengan adanya tol laut, akses ekonomi semakin cepat.
Gus Andi yang juga tokoh Golkar ini menolak launching dan bedah buku ini bagian dari kampanye. Sebab, buku yang diberi judul Politik Kerja Jokowi sudah disusun dari setahun yang lalu.
Buku ini, lanjutnya, merupakan hasil pengamatannya sebagai peneliti. “Baru punya kesempatan sekarang untuk dibedah, jadi buku ini bukan kampanye, tapi bahan bacaan murni akademisi,” jelas Caleg DPR RI Dapil Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) nomor urut 2 dari Partai Golkar ini.
Ketua DPP Golkar Bidang Keagamaan dan Ormas Agama ini menegaskan, buku ini disusun secara ilmiah sebagai sumbangan terhadap masyarakat untuk menambah wawasan terhadap seorang pemimpin negara. “Ini bagian dari bacaan untuk kepentingan untuk penggiat pembaca buku,” jelas pria asli Surabaya ini.
Sebagai bukti bahwa buku ini bacaan murni akademisi adalah di dalamnya mengupas banyak kebijakan dan perencanaan strategis infrastruktur. “Setidaknya buku ini menjadi legitimasi ilmiah apa yang dilakukan Jokowi,” tegasnya.
Moderator diskusi, Prof. Burhan Bungin ada tiga poin yang menarik diketahui dalam buku Politik Kerja Jokowi. Yakni, budaya kerja, gaya kepemimpinan, dan citra pemimpin.
Menurutnya, sebagai pemimpin, Jokowi membangun politik dengan kerjanya. Budaya kerja merupakan karya yang selalu diingat oleh masyarakat. “Hasil karya itu selalu ada dalam setiap pemimpin, karya itu harus diketahui oleh masyarakat,” ungkapnya.
Prof Burhan mengatakan, buku Jokowi ini cocok bagi mahasiswa. Ratusan mahasiswa yang hadir ini memang belajar tentang budaya organisasi. “Mahasiswa ini mempelajari budaya kerja Jokowi. Sehingga mereka ingin ikut sekali menbahas karena ini salah satu bentuk dari mata kuliah budaya organidasi,” tukasnya.
Prof. Sam Abede Pareno menilai ada tiga pemimpin Indonesia yang sangat fenomenal. Yaitu presiden sekaligus proklamator RI Soekarno, presiden ke 4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan presiden saat ini Joko Widodo.(jpg/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditanya Apa Pesan Ibu Negara, Arumi: Mas Emil Muda, Ganteng danâ¦
Redaktur & Reporter : Budi