Wamen ESDM Anggap Subsidi BBM Seperti Membiayai Perang

Kamis, 15 Desember 2011 – 17:36 WIB

JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM), Widjajono Partowidagdo mengatakan penggunaan APBN untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia merupakan salah satu bentuk kesalahan subsidiMenurut Widjajono Partowidagdo, suatu kebijakan subsidi melalui APBN harus diarahkan untuk meningkatkan kemampuan nasional

BACA JUGA: Dahlan Iskan Hapus Jabatan Staf Ahli dan Staf Khusus

Jangan malah mendorong warga bangsa ini untuk berlomba-lomba menggunakan subsidi BBM.

"Subsidi sebesar Rp 200 triliun dari APBN 2012 dialokasikan untuk BBM
Ini salah satu bentuk kesalahan subsidi karena subsidi harusnya diberikan untuk meningkatkan kemampuan nasional misalnya pada sektor kesehatan atau pendidikan," kata Widjajono Partowidagdo, dalam diskusi bertema 'Efisiensi Energi dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia', diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) bekerjasama dengan SAS Communication, di FX Plaza, Senayan Jakarta, Kamis (15/12).

Fenomena APBN menyubsidi BBM, menurut Widjajono Partowidagdo sama halnya dengan tindakan pemerintahan Amerika Serikat yang membiayai berbagai perperangan

BACA JUGA: Perketat Pengawasan, Direksi dan Komisaris BUMN Wajib Rapat

"Beginilah jadinya nasib bangsa ini yang banyak salah subsidi."

Menurut Widjajono Partowidagdo, banyak cara untuk mengurangi subsidi BBM selain perlu digantinya penggunaan BBM untuk energi listrik, transportasi, rumah tangga dan industri
Apabila Indonesia bisa memakai energi yang lebih murah sebagai pengganti BBM (yang mahal), maka dapat dihemat paling tidak Rp100 triliun.

Pada tahun 2009, BBM untuk transportasi 37,2 milyar liter, rumah tangga 4,7 milyar liter, industri 9,8 milyar liter, listrik 8,9 milyar liter dan ABRI 0,5 milyar liter, ungkapnya.

"Apabila harga BBM Rp8000 per liter dan bisa mengganti 80 persen transportasi dengan BBG seharga Rp4000 per liter setara premium akan menghemat Rp4000 per liter atau Rp119 trilyun," ungkapnya.

Demikian juga halnya dengan strategi mengganti 80 persen memasak dengan LPG seharga Rp4000 per liter setara minyak tanah akan menghemat Rp4000 per liter atau Rp15 trilyun

BACA JUGA: Kementan Perketat Produk Impor

Belum lagi kalau bisa mengganti 80 persen BBM untuk listrik dengan energi lain akan menghemat Rp5300 per liter atau Rp38 trilyun, kata Widjajono Partowidagdo.

"Dana yang dihemat lebih dari Rp170 trilyun untuk harga BBM Rp8000 per liter itu dapat digunaan untuk pembangunan infrastruktur dan mengembangkan kemampuan migas dan energi nasional seta kemampuan nasional lainnya sehingga menciptakan banyak lapangan kerja," kata Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Pengelolaan Lapangan Migas, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB itu.

Lebih lanjut dia juga menyarankan pemerintah secara bertahap berani menaikan harga BBM dan disaat bersamaan disediakan energi alternatif non-BBM serta peningkatan penggunaan transportasi umum yang nyaman serta pemberian insentif untuk kendaraan dan peralatan hemat energi.

Di Vietnam dan Philipina misalnyaMenurut Widjajono Partowidagdo, tidak ada anggaran subsidi BBM untuk kendaraan pribadiPemerintah Vietnam dan Philipina mengalokasikan Subsidi BBM hanya untuk angkutan umum.

"Bahkan di Hanoi lebih ekstrim lagiAngkutan umum seluruhnya dikelola dan dibiayai langsung oleh pemerintah dengan tarif yang sangat murah sehingga masyarakat memilih untuk menggunakan angkutan umum," ujarnya(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perkuat Daya Beli, Pemerintah Genjot Konsumsi Domestik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler