JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla kembali menegaskan perlunya perombakan total pada internal kejaksaanDia menilai pembenahan internal oleh Hendarman pascapenangkapan Urip oleh KPK tidak berhasil
BACA JUGA: Jaksa Agung: Ayin Ikut Diperiksa
Itu ditandai dengan masih adanya nama-nama pejabat eselon I kejaksan yang terkait kasus Ayin.Untuk menyelamatkan wibawa Gedung Bundar, Wapres meminta Jaksa Agung mencopot para eselon I yang terlibat sekaligus mengganti dengan nama-nama baru yang tidak punya cacat moral di mata masyarakat dan kejaksaan.
‘’Kalau seorang pejabat sudah kena begitu, dia sudah punya lagi moral dan wibawa untuk memimpin anak buah
BACA JUGA: Polisi Pasang Poster Anti Suap
Orang akan cuekin,’’ kata dia dalam perbincangan dengan wartawan di kediaman dinasnya kemarin.Wapres menegaskan, eksistensi dan kredibilitas Kejagung harus lebih diprioritaskan dibandingkan kepentingan personel maupun esprit de corps kejaksaan
BACA JUGA: Pesta Kesenian Bali Dimulai
‘’Tidak ada cara lainKejaksaan harus tetap eksis dan dipercaya sebagai lembagaKarena itu, tidak bisa tidak, jaksa agung harus mencari wajah baru yang lebih bersih,” tukasnya.Walau pun penyuapan yang dilakukan Syamsul Nursalim kepada jajaran pejabat eselon satu Kejaksaan Agung belum terbukti secara hukum, namun nama-nama yang disebut dalam percakapan telepon yang disadap KPK dinilainya sudah tidak memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin dan penegak hukum yang dihormati.
”Walau pun mungkin tidak terbukti, tapi kalau secara moral sudah cedera, susah mendapat penghormatan dari anak buah dan masyarakatJangankan penegak hukum, siapa pun yang berbuat sesuatu yang salah, entah korupsi entah tindak amoral, ada skandal, secara moral sudah tidak bisa dipercaya,” kata dia.
Membaca transkrip percakapan telepon antara Ayin dan sejumlah pejabat tinggi kejaksaan, Kalla mengaku terkejut karena para pejabat tinggi itu mau dibayar murah untuk membereskan kasus Sjamsul“Saya sangat terkejut, ternyata imbalannya tidak besar jugaTernyata bayangan mereka sendiri tidak sebesar itu (Rp 6 miliar), uang suap sendiri juga bahkan sudah dikorupsi bawahan,” selorohnya.
Meski tantangan yang dihadapi Jaksa Agung Hendarman Supandji untuk membersihkan nama baik lembaganya sangat berat, Kalla optimistis kasus tersebut akan membuat kinerja korps Adhyaksa lebih baikOptimisme itu muncul setelah Kalla berdiskusi dengan konsultan Tim Antikorupsi Hongkong
”Dia bilang Hongkong dulu lebih gawat lagiPetugas pemadam kebakaran tidak mau datang kalau tidak diberi duit duluJadi korban harus cepat-cepat lari ke kantor pemadam kebakaran, kasih duit, baru mobil bergerakAngkat sampah juga begitu,” katanya
Namun, setelah tim antikorupsi bergerak, semua praktik korupsi di lembaga pemerintah hilang dengan cepatProsesnya persis seperti Indonesia, yakni meluasnya ketakutan berbuat korupsi dan meningkatnya kehati-hatian pejabat dalam mengambil keputusan.
‘’Sekarang ini ketakutan di kalangan pejabat sudah adaKalau Anda lihat kabinet sering rapat, itu bukan karena kami suka rapat, tapi karena birokrasi tidak berani mengambil keputusan,” kata dia
Karena ketakutan di kalangan pejabat sudah mengakar, para dirjen kerap melemparkan tanggung jawab pengambilan keputusan pada menteri, dan menteri melempar tanggung jawab ke presiden“Mereka bilang saya tidak mau dipanggil KPK, saya tidak mau ke Gedung BundarSetelah presiden kasih keputusan dan teknisnya diberikan ke saya, saya kasih acc, baru bisa jalan,” kata dia“Beda dengan jaman dulu, begitu Pak Harto kasih persetujuan, di bawah jalan,” lanjutnya
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsudin justru meminta jaksa agung tidak terlalu cepat mengambil sikap atas desakan perombakan total itu”Semua harus obyektifJangan terjebak pada situasi yang ada nuansa politis,” katanyaDia menganggap, perombakan yang didasarkan tekanan justru merugikan kejaksaan(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Persentase Kelulusan Unas SMA Turun
Redaktur : Tim Redaksi