Sejak kecil, DOCG diajari untuk menjadi dokter, pengacara, atau insinyur.

Terlahir sebagai imigran Sri Lanka, artis yang berbasis di Melbourne ini mengatakan pendidikan budayanya tidak pernah memberinya ruang untuk menjelajahi jalur karir lain.

BACA JUGA: Perjalanan Menyesakkan Dada demi Bangkai Kapal Titanic

Seperti banyak migran keturunan Asia di Australia, orangtua DOCG ingin dia memilih profesi yang stabil dan bergaji tinggi.

"Semua sepupu saya menjadi insinyur dan dokter," katanya kepada ABC.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Lima Orang yang Melakukan Tur Bangkai Titanic Dipastikan Tewas

Namun seiring dengan pertumbuhannya, dia tidak menyukai ekspektasi atas apa yang harus dia lakukan dalam karirnya, dan ingin mengukir identitasnya sendiri sebagai seorang seniman.

"Menjadi desainer, desainer grafis, atau fotografer sangat menarik bagi saya. Saya belum pernah melihat seseorang memiliki jalur karir seperti itu, terutama dalam budaya kami."

BACA JUGA: Bukan Dokter atau Insinyur Seperti Harapan Keluarga, Tiga Warga Keturunan Asia Ini Memilih Jalan Berbeda

Setelah tujuh tahun bekerja sebagai direktur kreatif, penata gaya, artis, dan fotografer, DOCG telah berkolaborasi dan bekerja dengan merek-merek besar termasuk Platypus, Adidas, Reebok, dan New Balance.

Dia mengatakan orangtuanya awalnya bingung dengan jalur karier seninya.

"Mereka melihat diri mereka sendiri, seperti apa kesalahan mereka," kata DOCG.

DOCG mengakui seiring bertambahnya usia, dia mulai berempati dan mengerti alasan orangtuanya yang menginginkan dia mengejar karir berbeda.

Dia mengatakan budaya telah mengajarkan orang, seperti orangtuanya, bahwa hanya mereka yang memiliki pekerjaan profesional sebagai sumber nafkah.

DOCG mengatakan mereka yang tumbuh di negara berkembang juga akan memiliki pandangan berbeda tentang seni dan desain dibandingkan dengan masyarakat di budaya Barat.

"Orangtua saya tidak menyadari betapa pentingnya seni dan desain dalam masyarakat Barat," katanya.

Setelah merancang dan merilis segala sesuatu mulai dari pakaian dan perhiasan hingga menjadi tuan rumah acara dan pameran internasional, DOCG mengaku menikmati ekspresi dan kebebasan melakukan sesuatu yang dia sukai.

Meskipun tidak menjadi seorang dokter, kreasi dari monikernya "DOCG", memungkinkannya mengubah ekspektasi budaya ini menjadi sebuah nama yang dia buat sendiri.

"Saya ingin bisa membuat sesuatu dan saat orang melihatnya, mereka akan terinspirasi," katanya.Jujur pada diri sendiri

Banyak orang Australia berlatar belakang Asia melaporkan mengalami hambatan budaya dan sosial saat memilih karir di industri seni.

Direktur Diversity Arts Australia, Lena Nahlous, mengatakan praktik seni dan budaya Australia berakar kuat pada model Eropa-Amerika, yang mengecualikan banyak migran.

Lena mengatakan mereka sering tidak dapat mengakses pendanaan, tidak diakui atas pekerjaan yang mereka hasilkan dan memiliki akses terbatas ke peluang dan pekerjaan.

Banyak juga yang kurang terwakili dan "secara historis dikecualikan dan dipinggirkan" di tempat kerja ini, katanya.

Penelitian dari Diversity Arts Australia mengungkapkan hanya 9 persen dari 1.980 pemimpin lembaga kesenian adalah warga Australia dengan latar belakang budaya dan bahasa yang beragam (CALD), meskipun Komisi Hak Asasi Manusia Australia menemukan 39 persen populasi Australia memiliki latar belakang CALD.

"Orang dengan beragam budaya telah berjuang untuk menemukan pekerjaan di sektor ini, dengan representasi orang dari latar belakang Anglo-Celtic yang berlebihan di bidang seni, layar lebar, dan kreatif," kata Lena .

Kurangnya keterwakilan CALD Australia dalam peran kreatif telah membuat banyak seniman Asia-Australia yang bercita-cita tinggi enggan mengejar karir di industri ini.

Tapi artis Asia-Australia seperti musisi Grant Perez mengatakan sudah waktunya untuk berubah.

Grant yang juga dikenal sebagai grentperez, adalah seorang musisi di Sydney yang telah tampil di Australia, Eropa dan Amerika Serikat.

Artis pop indie ini memiliki lebih dari 2 juta pendengar bulanan di Spotify dan telah merilis EP terbarunya, When We Were Younger, awal bulan ini.

Ketika ditanya tentang perjalanan musiknya, Grant mengatakan orang seperti dia tidak banyak berhasil di industri ini.

"Saat tumbuh dewasa, saya tidak mengetahui artis Asia-Australia lainnya. Saya kira hal ini tidak cukup dibandingkan dengan kancah musik pop Amerika," kata Grant.

"Saya selalu berpikir itu sangat menarik karena selain Bruno Mars dan orang-orang dari Filipina, saya belum pernah melihat orang seperti saya di luar sana ketika saya masih muda."

Meskipun demikian, Grant tidak pernah menyerah pada mimpinya.

"Saya sangat percaya untuk tetap setia pada diri sendiri," kata Grant.

Ddengan kesuksesan cover YouTube dan single debutnya, Cherry Wine, Grant yakin dia dapat memengaruhi komunitas sebagai artis muda Filipina.

"Saya sangat senang melihat lebih banyak orang Asia masuk ke industri ini," ujarnya.Proyeksikan karir ke anak

Banyak migran generasi pertama yang bekerja di industri seperti TI, kedokteran, dan akuntansi di negara asal mereka harus memilih pekerjaan dengan kualifikasi rendah di Australia untuk memenuhi persyaratan visa.

Hal ini, menurut Profesor Nick Parr dari Macquarie University, menyebabkan para migran mendorong anak-anak mereka untuk mengejar profesi yang semula mereka miliki.

"Orangtua dari negara-negara Asia telah mencoba memengaruhi pilihan program sarjana, kualifikasi pendidikan dan pekerjaan anak-anak mereka sendiri," katanya.

"Padahal anak-anak mereka tidak memiliki kendala yang sama dalam pilihan pekerjaan dibandingkan dengan generasi orangtua mereka," jelasnya.

Hal itulah yang dialami fotografer Luisa Brimble, yang mengaku pada satu titik dalam karirnya, dia ditekan oleh orangtuanya untuk menjadi perawat.

Dia belajar perbankan dan keuangan di perguruan tinggi selama dua tahun di Filipina sebelum bermigrasi ke Australia bersama keluarganya, dan akhirnya bekerja di bidang pemasaran.

Namun, saat Brimble mengambil kamera DSLR lamanya dan mulai memotret keluarga dan teman-temannya, ia mulai menyadari bahwa fotografi adalah minatnya. Ia berhenti dari pekerjaan pemasaran yang ditekuninya selama 10 tahun.

Sebagai fotografer makanan selama lebih dari 15 tahun, Brimble bekerja dengan penerbit terkemuka termasuk Penguin Random House dan Hardie Grant Publishing, dan menjadi fotografer nominasi James Beard pada tahun 2019.

Brimble mengatakan terkadang orang tidak cukup mendengarkan apa yang mereka sukai.

"Kamu bisa melakukan banyak hal sendiri," ujarnya.

Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News yang selengkapnya dapat dibaca di sini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Ledakan di Pusat Kota Paris, Puluhan Terluka

Berita Terkait