Asep Nugraha, mahasiswa Indonesia di kawasan St Lucia, Brisbane, Australia, terpaksa bermalam di rumah penampungan sementara karena tempat tinggalnya kebanjiran.
"Saya sekarang berada di shelter tempat teman-teman mahasiswa sedang dievakuasi," katanya saat dihubungi Selasa (01/03) siang.
BACA JUGA: Sekolah Islam di Australia Kebanjiran Peminat
"Ini rumahnya orang Indonesia yang tidak terendam banjir," ujar Asep.
Ia menjelaskan, di tempat itu ada 11 orang, sedangkan di shelter yang lain ada 12 orang.
BACA JUGA: Krisis Ukraina: Mengevakuasi WNI dan Menakar Respon Pemerintah Indonesia
"Kami bermalam di sini," katanya seraya menambahkan bahwa banjir yang dialaminya bukan disebabkan oleh luapan Brisbane River yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
"Tapi karena memang curah hujan yang tinggi dan daerahnya cukup rendah," tambahnya.
BACA JUGA: Ribuan Orang Ditangkap di Rusia karena Menolak Perang, Sanksi untuk Putin Mulai Berlaku
Asep menjelaskan para mahasiswa ini sudah merasakan hujan deras sejak Minggu malam, dan akhirnya evakuasi pada Senin pagi.
Menurut Asep, meskipun sekarang debit air di Brisbane River masih tinggi dan akan mencapai puncaknya beberapa hari ke depan, tapi genangan di St Lucia sudah mulai surut.
"Sekarang air sebetulnya sudah surut. Tapi akses jalan masih susah untuk dilewati. Jadi beberapa orang keluar rumah pun masih menggunakan bantuan tim penyelamatan dari pemerintah setempat," katanya.
"Sejak kemarin hujan sudah reda. Bahkan hari ini Brisbane cerah," ujar Asep. Bantuan makanan untuk korban banjir
Sejak tinggal di Brisbane pada tahun 2011, Febi Dwirahmadi telah beberapa kali menyaksikan banjir di ibu kota Queensland, Australia.
Bedanya, kali ini dia tak tinggal diam.
Dosen Griffith University ini menambahkan, setiap hari ia bersama dengan Indonesian Muslim Centre of Queensland (IMCQ) yang membuka dompet donasi menyiapkan sekitar 50 paket makan siang dan 50 paket makan malam.
"Kami telah menyalurkan paket bantuan sejak hari Senin dan juga mempersiapkannya hingga lima hari ke depan," ujarnya kepada wartawan ABC Indonesia Farid Ibrahim.
Febi tak terdampak langsung oleh banjir. Rumahnya di dekat kampus Griffith aman dari genangan air. Namun dia mengaku mengalami kesulitan saat akan menyalurkan bantuan sepanjang hari Senin (28/02), karena banyak akses jalan yang terputus.
Bantuan paket makanan ini disalurkan kepada 90 orang mahasiswa dan keluarga asal Indonesia yang tinggal di daerah St Lucia, dekat kampus Queensland University yang terdampak banjir seperti Asep.
"Rumah atau unit mereka kebanjiran. Tidak ada listrik sehingga mereka tak bisa memasak dan menyimpan bahan makanan. Mereka juga kesulitan akses untuk membeli makanan," jelas Febi.
"Jadi di hari pertama kami fokus untuk membantu makanan dan air minum," tambahnya.
Ia menjelaskan banyak warga Indonesia yang tinggal di St Lucia karena lokasinya paling dekat dengan kampus Queensland University.
IMCQ menurut Febi sebenarnya memiliki gedung yang telah disiapkan sebagai tempat evakuasi.
"Tapi karena letaknya agak jauh dari St Lucia, dan kebetulan ada beberapa rumah mahasiswa yang masih aman, sehingga mereka mengungsinya bukan ke IMCQ," paparnya. Distribusi bahan makanan terhambat banjir
Laporan ABC News menyebutkan stok bahan makanan di toko-toko dan supermarket wilayah tenggara Queensland pada hari Selasa (01/03) mulai menipis meskipun disebutkan tak akan berlangsung lama.
Toko dan supermarket yang terendam air, aliran listrik yang putus, serta penutupan jalan menghambat pengiriman daging dan makanan segar.
Menurut pengelola salah satu jaringan supermarket IGA Graham Booysen, sebanyak 35 toko mereka di Queensland akan mengisi kembali tokonya secepat mungkin.
"Mungkin dalam seminggu hingga dua minggu ke depan toko kami akan terisi kembali," katanya.
Menurut Febi, selain makanan siap santap, IMCQ juga menyiapkan 200 paket hantaran makanan yang berisi makanan kaleng, crackers, biskuit dan lainnya untuk warga terdampak banjir, termasuk warga non-Indonesia di daerah Logan.
Kawasan di pinggiran selatan Kota Brisbane itu memang termasuk daerah yang sangat terdampak banjir.
Rumah milik Amber Mvivor, salah satu warga di sana misalnya, terlihat masih tergenang air sejak banjir kemarin.
Amber menjelaskan air bergerak ke halaman belakang rumahnya hingga akhirnya masuk ke dalam rumah pada malam hari.
Saat terbangun, bagian bawah rumahnya sudah tergenang semua.
"Saya tak kuasa menahan tangis," ujarnya.
Selain bantuan makanan, IMCQ, kata Febi, kini juga menyiapkan 10 sampai 15 tenaga pembersih, untuk membantu warga membersihkan rumah yang kebanjiran.
Target donasi untuk pemberian bantuan bagi warga yang kebanjiran dalam bentuk makanan siap santap, hantaran makanan, dan peralatan untuk membersihkan rumah adalah A$10.000.
"Sejauh ini kami telah menerima donasi sekitar $AUS4.500. Semalam pihak Human Initiative Australia juga menyampaikan akan mengirimkan donasi A$1.000," katanya.
Laporan tambahan dari ABC News live blog.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banjir Besar Kagetkan Queensland, Warga Indonesia Ikut Jadi Korban