Warga Suku Terasing Baduy Menggunakan Hak Pilih

Datang ke TPS Pukul 05.30, Kesulitan Lipat Kertas

Jumat, 10 April 2009 – 06:52 WIB

Kali pertama dalam sejarah, warga Baduy di Kabupaten Lebak, Banten, antusias menggunakan suaranya dalam pemiluAntrean panjang terjadi di dua TPS yang khusus disediakan untuk warga suku terasing itu.

Jasmara Bahar, Banten

---

Pada Pemilu 2004, dari hampir 6.000 warga Baduy yang terdaftar sebagai pemilih, hanya sekitar 150 orang yang menggunakan hak pilih

BACA JUGA: Kapten Gede Agus, Pilot Fokker Nahas yang Pulang Tinggal Nama

Kondisi itu berbeda 180 derajat dibanding pemilu kali ini.

Kemarin ribuan warga Baduy berduyun-duyun mendatangi dua TPS (tempat pemungutan suara) yang disediakan pemerintah
Bukan hanya kaum pria, wanitanya pun terlihat antusias menyalurkan suaranya

BACA JUGA: Lettu Yudho Pramono, Kopilot Fokker Nahas yang Putra Pangdam

Saking antusiasnya, tak sedikit yang menunggu di TPS sejak sekitar pukul 05.30
Padahal, TPS baru dibuka pukul 08.00.Ada dua TPS yang dibangun khusus untuk warga suku Baduy

BACA JUGA: Suka Duka Pasukan Khusus Penjaga Badak Jawa di Ujung Kulon (1)

TPS 1 berada di Kampung Kadu Ketuk, Desa Kanekes, Kecamatan LeuwidamarTPS 2 didirikan di Kampung Cicakal Girang, Desa Kanekes, Leuwidamar

Kadu Ketuk adalah kampung terluar yang dihuni warga BaduyKampung itu terletak tak jauh dari pusat pemberhentian terakhir berbagai kendaraan bermotor, yakni Terminal/Kampung CibolegerSementara untuk menjangkau TPS 2, masih dibutuhkan waktu beberapa jam lagi dengan berjalan kaki.

Pantauan Radar Banten (Jawa Pos Group) di TPS 1, selain warga Kadu Ketuk, TPS itu dijejali warga Baduy dari Kampung Kadu Keter, Kadu Jangkung, Karahkal, dan beberapa kampung hunian Baduy lainnyaNamun, warga Baduy dalam yang jumlahnya sekitar seribu orang, tidak menggunakan hak pilih karena larangan adat.

Pukul 08.00, ketika TPS dibuka, mereka saling berebut untuk bisa masuk lebih duluPetugas penjaga pintu TPS yang juga warga Baduy sempat kewalahan karena selalu didorong dari luar

Beberapa kali, kedua penjaga pintu harus berteriak menenangkan warga agar bisa bersabar dan tidak saling mendorongSekretaris Desa Kanekes Sapin juga terlihat sibuk mengatur antrean warganya

Namun, meski kaum pria Baduy terlihat enggan antre secara tertib, rasa tepa selira mereka terhadap kaum wanita cukup tinggiSaat ada kaum wanita yang datang, mereka rela membuka antrean dan mempersilakan wanita untuk masuk dan mencontreng lebih dulu.

Di TPS Khusus Baduy 1, PPS Kanekes menyediakan 20 bilik suara yang semuanya terbuat dari aluminium berlogo KPUKe-20 bilik suara ditempatkan membentuk hurup U, mengitari tanah lapang berukuran sekitar 8 x 10 meter yang terletak di tengah-tengah permukiman warga.

Kepala Desa Kanekes Jaro Daenah bangga dengan partisipasi warganya dalam pemilu kali iniNamun, dia belum tahu persis berapa angka partisipasi mereka"Angka pastinya belum tahu, karena di TPS khusus tak ada pembatasan jumlah pemilih," ujar Jaro Daenah.

Maksudnya, kata Daenah, panitia mengundang semua pemilihNamun, panitia tak memaksa si pemilih harus mencontreng di TPS manaApakah di TPS 1 atau di TPS 2.

"Yang jelas, kami mengundang semua warga Baduy yang masuk DPT (daftar pemilih tetap, Red)Soal mau di mana mereka mencontreng, kami beri kebebasanMakanya, berapa jumlah warga yang mencontreng di TPS ini (TPS 1, Red) akan diketahui setelah pencontrengan," DaenahJumlah warga Baduy yang terdaftar dalam pemilu kali ini mencapai 6.321 orangMereka mendapat keistimewaan dengan penyediaan TPS khusus.

Warga Baduy memang diperlakukan berbeda dalam menyalurkan suaranyaSelain didirikan dua TPS khusus, panitia menyediakan petugas medis yang standby dan membaur dengan panitia pemungutan suara (PPS) Desa Kanekes.

Eros Rosita, bidan yang sejak 1997 bertugas di desa ini, dengan tekun melayani warga yang mengalami gangguan kesehatanRosita juga sudah akrab dengan sebagian warga karena setiap hari dia melayani mereka, meski harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk mengunjungi warga yang tersebar di delapan perkampungan

Rosita kemarin sempat kewalahan melayani warga karena banyak yang meminta obatKebanyakan warga mengeluh mual dan pusing.

Menurut dia, hal itu wajar karena warga banyak yang tak sempat sarapan sebelum berangkat ke TPS"Yang dari jauh pasti berangkatnya subuhJadi, banyak yang belum sarapan, sehingga mengaku mual," ujar Rosita"Obat Antalgin dan Antasid yang saya bawa habisTadi banyak yang minta karena mual-mual," lanjutnya

Dibanding pemilih di daerah lain, warga Baduy mungkin paling rapiSebab, mereka berpakaian seragamYang wanita mengenakan baju putih dan jarit biru gelap, sedangkan yang pria mengenakan pakaian hitam dengan ikat kepala biru tuaKetika berbaris antre, mereka terlihat rapi.

Beberapa warga yang diwawancarai mengaku tidak kesulitan melakukan pencontrenganHanya, mereka mengaku banyak yang keliru saat melipat kembali kertas suara yang telah dicontrengRata-rata pemilih menghabiskan waktu 5 hingga 8 menit dalam melakukan pemilihan, terhitung sejak menerima kertas suara hingga keluar dari TPS.

Kepala Desa Kanekes Jaro Daenah mengatakan, pihaknya telah berupaya keras menyosialisasikan penyelenggaraan pemilu kali iniBahkan, meski warga Baduy dalam tidak menggunakan hak pilih karena terbentur aturan adat, pihaknya tetap membagikan kartu pemilih kepada mereka"Kami juga merasa mempunyai tanggung jawab sebagai warga negara IndonesiaNamun, kami juga mohon maklum jika tidak semua warga kami menggunakan hak pilih, karena terbentur aturan adat yang tidak boleh dilanggar," tuturnya(dilengkapi laporan banten raya post/jpnn/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ke Kampus Nanyang Technological University Singapura, Lokasi Tewasnya David Hartanto


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler