Waspada "Papa dan Mama Minta Suara"

Serangan Fajar Dengan Uang Palsu

Senin, 07 Desember 2015 – 05:50 WIB
Tampak empat orang pelaku yakni Sandiardi (32), Ori Ade Kafantah (20), Fathurahman (22) dan Wawan Kurniawan (29). Mereka ditangkap aparat kepolisian karena diduga sebagai pengedar sekaligus memproduksi uang palsu (upal) di Mataram. FOTO: Lombok Pos/JPNN.com

jpnn.com - Pemilihan kepala daerah yang tinggal menghitung hari dibayangi peredaran  uang palsu (upal). Baru-baru ini, polisi menangkap pengedar dan membongkar tempat produksi upal.

Semarak pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) berdengung tiap sudut pemukiman warga. Terutama di kabupaten/ kota yang menggelar pemilihan 9 Desember ini.

BACA JUGA: Kisah Ajaib Rian, Otak Tertusuk Kayu, Kening Diusap Ustaz Yusuf Mansur, Kini Menulis Buku

Kampanye-kampanye terbuka sudah berlalu. Buaian janji-janji manis pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati maupun Walikota dan Wakil Walikota telah direkam pemilih. Tapi, sebelum tiba di bilik suara ada yang perlu diwaspadai warga. Namanya serangan fajar dengan upal.

Sejauh ini, memang belum terbongkar adanya praktik politik uang. Namun, masyarakat perlu mewaspadai. Jangan sampai ”papa dan mama minta suara” menganggu subuhnya para pemilih dengan modus membayar suara. Untung kalau uangnya asli, tapi kalau palsu. Rugi dan kecewanya berlipat ganda.

BACA JUGA: Begitu Ada Keputusan Panglima TNI, Para Pemain Sujud Syukur

Kapolda NTB Brigjen Pol Umar Septono menegaskan, upal sudah beredar di  masyarakat. Ada beberapa kasus yang telah berhasil diungkap jajarannya. Untuk itu, dia meminta masyarakat berhati-hati.

”Momen pilkada sering digunakan pelaku pengedar upal. Kami minta masyarakat jangan tergiur. Pilih pemimpin sesuai nuraninya. Bukan berdasarkan uang,” kata dia seperti dilansir Harian Lombok Pos (JPNN.com).

BACA JUGA: Dulu yang Masukin Umar Patek ke Moro itu Saya

Ia mengungkapkan, biasanya para pelaku mengedarkan uapal jelang pencoblosan. Mereka mendatangi rumah-rumah warga dan mengiminginya dengan uang, namun yang diserahkan itu upal. Bukan duit asli.

”Waspada, upal biasa digunakan untuk serangan fajar,” tegas.

Imbauan jenderal bintang satu ini tidak terlepas dari pengungkapan pelaku pengedar upal. Di Lombok Timur, polisi mengamankan pelaku bersama lembaran upal pecahan Rp 100 ribu.

”Bisa jadi itu digunakan untuk membeli suara. Apalagi, peredarannya jelang pilkada,” ungkap dia.

Setelah penangkapan di Lotim, polisi kembali membongkar pengedar sekaligus rumah produksi upal di Mataram. Tim buru sergap (Buser) Polsek Mataram membongkar tempat produksi upal, Jumat (27/11). Tepatnya di sebuah rumah kontrakan di BTN Pepabri, Kelurahan Pagesangan, Kota Mataram digerebek sekitar pukul 22.30 Wita.

Tim yang dipimpin Bripka Silpana Putra itu menangkap  empat orang pelaku. Mereka adalah Sandiardi, 32 tahun, Ori Ade Kafantah, 20 tahun, Fathurahman, 22 tahun, dan Wawan Kurniawan, 29 tahun. Keempatnya diketahui berasal dari Sumbawa. Dua orang pelaku kabarnya berstatus mahasiswa dan salah satu oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Dari tangan kawanan pelaku, petugas menyita upal siap edar Rp 19 juta. Rinciannya, 38 lembar upal pecahan Rp 100 ribu dan satu lembar pecahan Rp 50 ribu yang belum dipotong.

Selain itu, polisi mengangkut pula printer yang digunakan untuk mencetak upal. Di dalamnya terdapat satu lembar uang asli pecahan Rp 100 ribu. Tidak hanya itu, petugas mendapati juga senjata tajam seperti parang, sangkur, dan anak panah.

Penggeberkan kos-kosan yang berada di belakang SMKN 5 Mataram ini bermula dari laporan warga. Bermodal informasi itu, buser Polsek Mataram bergerak dan mengepung kontrakan pelaku. Saat itu, keempat pelaku sedang berada di kos-kosan dan tidak bisa berkutik.

Disaat petugas meggeledah, para pelaku hanya bisa pasrah, terutama ketika diketahui menyimpan upal Rp 19 juta. Lalu, keempatnya dibawa ke Polsek Mataram untuk diproses lebih lanjut.

Heri telah memerintahkan kepada anak buahnya untuk menggali lebih jauh keterangan para pelaku. Apakah mereka ini sudah lama memproduksi upal dan memiliki jaringan.

”Kita sedang dalami apakah sudah ada yang diedarkan. Ini yang belum kita ketahui. Tapi pengakuan tersangka mereka memproduksi upal Rp 20 juta tiap minggunya,” ungkap  Kapolres Mataram AKBP Heri Prihanto .

Lebih lanjut, dia menyebutkan, momentum pilkada rentan beredarnya uang palsu. Untuk itu, masyarakat diminta lebih teliti dan tetap waspada.

”Biasanya momentum pilkada ini perlu diwaspadai. Biasanya digunakan untuk serangan fajar. Ini kami dalami, apa ada kaitannya,” tegasnya.(suharli/islamuddin/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ya Tuhan! Si Anak Menangis Kelaparan, Ibu Pura-pura Memasak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler