BACA JUGA: Polisi Bekuk Mendagri RMS
Tapi, warga yang sehari-hari sibuk beribadah dan menahan hawa nafsu, untuk kemudian melepaskannya ketika waktu berbuka, sejatinya harus berhati-hati alias waspadaYa, sebab, ada banyak makanan berbahaya di luar sana, yang berpeluang mengancam kesehatan bahkan juga jiwa
BACA JUGA: Di Padang, Maraknya PSK Resahkan Warga
Baik itu yang tergolong kadaluarsa, berbahan pengawet, maupun ilegal, bahkan juga (ada yang) busukKhusus secara nasional, selain Menteri Perdagangan (Mendag) yang sudah langsung mewanti-wanti misalnya, terutama terkait produk kadaluarsa, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pun meminta masyarakat untuk waspada membeli makanan dan minuman (mamin) tersebut
BACA JUGA: Tersangka Menang Pilkada Tak Pengaruhi Proses di KPK
Pasalnya, beberapa kali menurutnya memang telah ditemukan adanya pedagang yang menjual mamin yang masa konsumsinya kadaluarsa.Kepala BPOM Kustantinah mengatakan, tiga minggu sebelum lebaran berlangsung, BPOM khususnya, akan melakukan pengawasan peredaran mamin tersebut di toko dan pasar"Seminggu saat puasa ini kami akan gerak cepat," ujarnya.
Menurut dia, kecenderungan mamin beredar luas tidak hanya pada saat menjelang lebaranTapi beberapa hari mendekati bulan puasa, kata dia, diperkirakan konsumsi mamin juga tak kalah banyak"Memang saat lebaran biasanya dibeli untuk parselTapi selama puasa, mereka biasanya beli untuk konsumsi sendiri," ungkap Kustantinah.
Semakin banyaknya produksi dan peredaran mamin tersebut, memaksa BPOM kerja keras untuk mengantisipasi terjualnya mamin kadaluarsa"Belum kami deteksiTapi bisa saja terjadi penjualan mamin murah tapi kadaluarsa," terangnya.
Sementara, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengungkapkan, proyeksi peningkatan konsumsi mamin biasanya meningkat hingga 60 persen pada saat puasa dan lebaranTerkait pengawasan, Adhi mengaku, Gapmmi turut melakukan pengawasanHanya saja pengawasan yang dilakukan terbatas pada pihak produsen dan retail saja"Ada beberapa produk yang juga kami awasi hingga pemasaran dan salesnya," ucap Adhi.
Sedangkan untuk penjualan mamin di warung dan pedagang, lanjut Adhi, pihaknya belum bisa melakukan pengawasan secara penuhSebab, tidak ada perpanjangan tangan dari produsen yang turun hingga ke pedagang kecil"Saya kira ini menjadi tugas bersama, termasuk masyarakat dan pemerintah," terangnya.
Kata Adhi pula, penjualan di toko dan swalayan bisa saja dideteksi masa kadaluarsanya dengan cepatJika memang masa waktu konsumsinya mendekati habis, maka retailer akan menarik semua barang-barang yang tersisa"Tapi kalau di warung, kami tidak bisa mengawasinya secara detail," tegas Adhi.
Yang jelas, lanjut Adhi lagi, pada tanggal akhir konsumsi, produk itu seharusnya sudah tidak lagi boleh dipasarkanBiasanya yang konsumsinya mendekati kadaluarsa bisa saja memang dijual murah"Sebelum lewat dari tanggal kadaluarsa, mamin itu masih layak dikonsumsi," tandasnya.
Menurut Adhi, konsumsi mamin selama bulan puasa tak kalah dengan konsumsi selama lebaranSelama satu bulan, lanjut Adhi, diperkirakan akan banyak masyarakat yang membeli makanan dan minuman instan"Bayangkan jika malas sahurPasti banyak yang membeli makanan instan untuk menghemat waktu," terangnya.
Dikatakan Adhi, pembelian mamin juga akan dilakukan oleh masyarakat yang tidak sempat membeli makanan atau minuman saat buka puasa"Jika sedang di jalan atau tidak sempat mengkonsumsi makanan utama, saya kira mereka akan memilih alternatif makanan dan minuman instan," tutur Adhi.
Nah, bagaimana tidak akan jadi ancaman itu namanya? Itu juga baru bicara makanan instan yang sudah dalam kemasan dan (sebelumnya) bisa disebut relatif terjamin kebersihannyaBelum lagi bicara soal makanan yang dijual sebagai penganan berbuka, yang kendati tidak semua, banyak yang ternyata mengandung bahan pengawet atau pewarna beresiko, macam boraks atau rhodaminArtinya, intinya yang diperlukan adalah kewaspadaan dan berhati-hati selaluJangan asal mau kenyang tapi kesehatan terancam(nuq/ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mutasi PNS untuk Pertukaran Pusat-Daerah
Redaktur : Tim Redaksi