Waspadai, Jualan Kasus HAM Papua

Selasa, 02 Desember 2008 – 11:50 WIB
Warga Papua Barat menuntut kemerdekaan untuk Papua Barat, Senin (1/12). Mereka melakukan aksi demo di depan Istana Negara Jakarta. Foto: Muhamad Ali/JP
JAKARTA – Integrasi bangsa Indonesia harus terus dipelihara dan dijagaSaat ini salah satu ancaman disintegrasi terbesar adalah di wilayah Papua

BACA JUGA: Pemda Tetap Harus Bayar Utang

Apalagi, kini mulai banyak operator-operator yang menjual kasus-kasus HAM di Papua untuk mendapatkan perhatian dunia internasional.
Direktur HAM dan Kemanusiaan Wiwik Setiawati Firman mengemukakan bahwa masalah-masalah HAM di Papua sudah jauh membaik sejak 2004 lalu
“Memang hingga kin masih ada beberapa kasus yang disoroti dunia internasional, tapi kita juga terus mengupayakan langkah-langkah penyelesaian,” ujarnya di kantor Deplu, Jakarta.
Beberapa persoalan yang muncul antara lain masalah pemenjaraan Filep Karma dan Yusak Pakage yang divonis 15 tahun penjara

BACA JUGA: Akhir 2009, Sekdes Jadi PNS

Yusak juga dianiaya dengan karena mata kirinya dipukul oleh aparat
“Ini yang sedang kami dorong agar diproses

BACA JUGA: Diperlukan Komitmen Kelistrikan

Hukuman terhadap keduanya juga banyak dipertanyakan karena hanya mengibarkan bendera Bintang Kejora,” lanjutnya.
Kasus ini sempat semakin mencuat ketika dibentuk kaukus International Perlemen for West Papua di InggrisMeski hanya dihadiri oleh dua orang anggota parlemen Inggris yang tidak signifikan, kelompok yang menjual kasus HAM Papua ini mengatakan bahwa dunia internasional berada dibelakang kemerdekaan Papua.
“Ini yang harus dipahami dan diluruskanKami juga berkepentingan untuk menyelesaikan kasus-kasus di Papua, sehingga nanti dunia internasional bisa melihat bahwa tanah Papua telah damai,” lanjutnya.
Tanggal 1 Desember sendiri diperingati sebagai hari kemerdekaan Papua yang ditandai dengan pengibaran bendera bintang kejoraLaporan dari Papua, Senin (1/12) telah terjadi konsentrasi massaNamun situasi tetap dapat dikendalikan.
Selain kasus Yusak Pakage juga ada masalah HAM Alex Wanda, yang mengaku bahwa dia bersama pacarnya Helen Wangi dilecehkan oleh oknum aparat marinir di Papua.
“Asintel sudah mengatakan bahwa kejadiannya tidak seperti ituTapi kita akan dorong biar dibuat BAP dan keputusan pengadilan yang memutuskan hal tersebut karena kasus ini telah masuk sorotan,” imbuhnya.
Angin segar terhadap pemerintah Indonesia muncul dari kepulangan Yunus Wainggai dan putrinya, Anike Wainggai ke Indonesia akhir pekan laluSetelah hampir tiga tahun berada di Australia, Yunus merupakan nahkoda perahu yang membawa 43 WNI asal Papua ke Australia pada akhir tahun 2005.
Dari dua kasus kepulangan sebagian dari kelompok tersebut, menunjukkan bahwa telah terdapat tipu daya dan janji-janji yang tidak dipenuhi oleh Herman Wainggai dan kelompoknya
Wiwik mengakui bahwa problem terbesar di Papua adalah masalah ekonomi sosial yang memprihatinkanDengan sumber daya alam yang begitu melimpah, Papua masih termasuk daerah terbelakang yang tertinggal.
“Kondisi ini menjadi perhatian kamiDari catatan kami yang harus dibenahi adalah transparansi pemerintah daerah di Papua,” tegasnya(iw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPUD Sumut Tak Tahu Kasus Taput


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler