BACA JUGA: Iklan Politik Habiskan Rp 2,2 Triliun
"Jadi pencalonan sebagai calon presiden itu seharusnya bukan berangkat dari hanya ingin menjadi sesuatu atau nafsu-nafsu mendapatkan kekuasaan saja," kata Wiranto kepada wartawan di Gorontalo, Rabu (21/1).Dalam kompetisi pilpres yang mengedepankan persaingan kualitas,lanjut Wiranto, maka yang mencuat kepermukaan adalah bagaimana rekam jejak kandidat, pengalaman pada level nasional atau pengalaman menghadapi berbagai persoalan pelik bangsa."Dari sanalah maka tokoh itu akan memiliki modal yang dapat ditawarkan kepada masyarakat," ujarnya
BACA JUGA: Parpol Dilarang Libatkan Anak-anak Berkampanye
Karenanya jika mereka terpilih, maka modal menjadi solusi persoalan bangsa tidak cukup kuat," katanya lagi.Lebih lanjut Wiranto mengimbau bangsa Indonesia untuk berpikir jernih dengan hati nuraninya bahwa kebutuhan bangsa sekarang ini adalah mendapatkan pemimpin yang tepat dalam kondisi sekarang ini.Soal pemimpin yang tepat itu, menurut dia, kriterianya cukup banyak seperti paham berbagai masalah internasional sekaligus solusinya atau sudah diakui pengalamannya sebagai eksekutor yang baik dan berani.
"Hal-hal seperti inilah yang seyogianya dijadikan acuan dalam pemilihan pemimpin nasional
BACA JUGA: Paska Putusan MK, Bawaslu Panen Laporan
Mengenai saling penjajakan diantara kandidat capres yang mulai marak saat ini, Wiranto mengatakan, sah-sah saja itu semua dilakukan dan tentunya pula setiap capres berupaya menampilkan keberhasilan didukung massa atau elemen masyarakat.Dia memperkirakan fenomena dukung mendukung akan terus terjadi sampai pemilu yang akan datang karena hal tersebut juga bagian dari strategi politik.Wiranto, mengakui sikap kepemimpinan yang dimilikinya, merupakan hasil didikan dan tempaan selama dirinya berada di Gorontalo, saat menjabat sebagai komandan peleton 20 tahun yang lalu.Hal itu diungkapkannya dalam sebuah acara bertajuk "Dialog dan sambung rasa Wiranto, capres RI ketujuh, dengan tokoh masyarakat se provinsi Gorontalo", kata dia."Bakat kepemimpinan saya ditempa dan dibentuk oleh Gorontalo, saat saya menjadi komandan peleton pada kompi 713, di sebuah pelosok bernama Totulo, pada waktu itu saya yang masih belia, harus memimpin tentara yang rata-rata sudah punya pengalaman perang di berbagai daerah," kata dia mengenang peristiwa yang terjadi pada 1989 itu.Dia mengatakan, pada masa-masa itu, terjadi pertemuan budaya Jawa yang dimilikinya, dengan budaya setempat, sehingga melahirkan kepribadian baru yang turut mempengaruhi sikap kepemimpinannya kelak.
"Untuk itu, yang pertama kali terpikir dalam benak saya, sesudah mendeklarasikan diri sebagai calon Presiden RI ketujuh, yakni mengunjungi Gorontalo, untuk memberitahukan ada bagian dari daerah ini yang kini siap untuk menjadi pemimpin Indonesia masa depan," kata mantan Menhankam Pangab tersebut.Namun demikian, dirinya mengklaim kedatangannya di Gorontalo itu bukan dalam rangka berkampanye, namun lebih tepat dikatakan sebagai momentum silaturahmi dengan para tokoh masyarakat setempat.(aj/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... JK Ingatkan Tidak Berkampanye di Masjid
Redaktur : Tim Redaksi