Wiranto Ajak Umat Islam Teladani Kepemimpinan Nabi

Senin, 10 Maret 2014 – 23:44 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Wiranto, mengajak masyarakat menghargai jasa pahlawan yang telah mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan. Hal ini dikatakan Wiranto saat menghadiri acara Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Kelurahan Tanah Koja Klender Jakarta Timur, Senin (10/3).

Berbarengan dengan acara tersebut, dilaksanakan pula ziarah ke makam tokoh pejuang asal Betawi, Muhammad Darip. Acara yang diadakan oleh Majelis Zikir Rasulullah itu dihadiri ribuan jamaah yang setia mendengarkan ceramah KH Huraini Arif yang juga anak mendiang Muhammad Darip.

BACA JUGA: KPK Belum Pasang Plang Penyitaan di Rumah Anas

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kita harus mensyukuri nikmat kemerdekaan ini dan terus mengingat jasa para syuhada pahlawan kemerdekaan kita," kata Wiranto.

Mantan Panglima TNI itu juga mengajak seluruh warga masyarakat untuk meneladani sifat-sifat Rasullullah dalam memimpin umat Islam. Menurutnya, hal itu sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini yang sedang berikhtiar mencari para pemimpin bangsa.

BACA JUGA: Kecewa Polisi Daerah, Hamzah Datangi Mabes Polri

"Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat merasakan, memahami dan sekaligus memperjuangkan setiap persoalan rakyat," ujarnya.

Pada kesempatan itu juga dibacakan sekilas tentang profil Muhammad Darip oleh salah satu putranya, Saiful Hadi.  Darip lahir di Jakarta tahun 1886 dan pernah bersekolah dasar di Jakarta dan sekolah agama Islam.

BACA JUGA: Hadapi Vonis, Kubu Deddy Kusdinar Harap Hakim Bersikap Objektif

Semasa hidupnya, Darip pernah berjuang bersama Bung Karno di daerah Cilincing, Tanjung Priok. Pada masa penjajahan Jepang,  Darip  menghimpun masyarakat di daerah Klender untuk melakukan perlawanan. Pada 1945, Darip memimpin Barisan Rakyat dan bertempur melawan pendudukan Jepang.

Pada 1948, Darip dianugerahi pangkat tituler letnan kolonel dan menjadi Penasihat Batalion AMPI Brigade 3 Kian Santang Divisi 1 Siliwangi. Tahun 1948, Darip yang tercatat sebagai suami bagi Nafsiah dan Hamidah tertangkap oleh Belanda lalu dipenjarakan di rumah tahanan Glodok.

Yang menarik dari sosok Darip karena tidak memiliki tanda jasa hingga akhir hayatnya.  Menurut keterangan dari pihak keluarga, Darip tidak menginginkan tanda jasa karena perjuangannya didasarkan atas keikhlasan.

Ironisnya, setelah lama meninggal dunia, tunjangan pensiun almarhum dicabut oleh pemerintah. Bahkan yang lebih miris adalah rumah kediaman keluarga almarhum yang ditempati oleh anak keturunannya harus digusur karena terkena proyek pelebaran jalan oleh pemerintah.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Evaluasi Pembebasan Bersyarat Corby, Menkumham Tunggu TPP


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler