jpnn.com - SENTANI - Oh malang nian nasib seorang siswi di Sentani yang satu ini. Sebut saja namanya Melati. Dia menjadi korban pengeroyokan yang diduga dilakukan sejumlah siswi di Sentani Kabupaten Jayapura.
Dugaan penganiayaan ini terjadi di salah satu rumah pelaku di BTN Sosial. Penganiayaan ini diduga dipicu masalah sepele. Salah seorang pelaku menuding korban telah merebut pacarnya.
BACA JUGA: Massa Palang Kantor Majelis Rakyat di Papua Barat
Kasus dugaan penganiayaan ini sudah dilaporkan keluarga korban ke Polres Jayapura dan saat ini masih dalam penanganan polisi.
Ibu korban yang ditemui wartawan di Mapolres Jayapura, Senin (10/10) mengatakan, awalnya tiga orang siswi yang diduga pelaku datang menggunakan dua sepeda motor menjemput korban di rumahnya kompleks perumahan Koramil di Hawai, Sentani sekitar pukul 12.30 WIT.
BACA JUGA: Peringatan! 86 Perahu Penyeberangan Tak Ada Pengaman
Ketiga siswi ini menurut ibu korban datang baik-abik mengajak korban mencari foto-foto oke di Gunung Merah. "Karena mereka datang baik-baik, saya mengizinkan anak saya ikut mereka,” katanya, seperti dikutip dari Cenderawasih Pos, Selasa (11/10).
Namun sayangnya saat berada di depan Markas Batalyon 751/Rider, tiga siswi yang menjemput korban membawa korban ke BTN Sosial dengan dalih ingin mengganti baju, karena saat itu kedua pelaku mengenakan seragam sekolah.
BACA JUGA: Ormas Islam di Daerah Ini Juga Demo Ahok
“Anak saya ternyata dibawa di rumah salah satu pelaku dan ternyata di rumah itu sudah menunggu sembilan siswi lainnya. Mereka memasukkan anak saya ke dalam rumah dan di situ dia dipukul, ditendang dan ditempeleng. Bahkan menurut anak saya, baju dan celananya dibuka oleh pelaku kemudian alat kelaminnya mau ditusuk dengan gagang sapu ijuk,” ungkap ibu korban sambil mengeluarkan air mata.
Menurut penuturan korban kepada ibunya, para pelaku yang diduga berjumlah 12 orang tersebut, lima orang duduk di bangku SMA/SMK, enam orang masih SMP dan satu lagi putus sekolah.
Para pelaku menurut ibu korban merekam aksi kekerasan tersebut dan video hasil rekamannya disebarluaskan di sekolah mereka masing-masing. “Akibat pengeroyokan ini cairan penyimbang otak anak saya pecah dan menurut keterangan dokter yang meriksa ini bisa fatal,” sesalnya.
Selain telah membuat laporan polisi, pihaknya juga telah mendatangi sejumlah sekolah tempat 12 pelaku bersekolah namun pihak sekolah menyarankan agar persoalan tersebut dilaporkan ke polisi sebab kejadiannya terjadi di luar jam sekolah.
“Kami sudah lapor ke Polres Jayapura dan kemarin keluarga pelaku minta damai. Saya sudah datang di sini (Polres Jayapura, red) namun hanya dua orang yang datang. Itu pun bukan orang tua pelaku tetapi diwakilkan,” ucapnya.
Awalnya pihak keluarga korban mengaku bersedia melakukan upaya damai yang dimediasi Polres Jayapura. Namun karena tidak ada keseriusan dari pihak pelaku untuk menyelesaikan persoalan ini secara kekeluargaan, maka pihaknya sudah bulat untuk menempuh jalur hukum. “Pelaku menuding anak saya merebut pacarnya. Tapi menurut anak saya, pacarnya itu hanya curhat,” katanya.
Ibu korban mengatakan, selain menempuh jalur hukum pihaknya juga akan melaporkan kasus ini ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). “Untuk bentuk pelecehan seksualnya, kami masih menunggu hasil visum dan kasus ini akan saya teruskan ke KPAI,” pungkasnya. (bet/ade/nat/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BK Lamban Usut Kasus Video Dua Anggota Dewan Konsumsi Narkoba
Redaktur : Tim Redaksi