Yuk Belajar Menanam Ramah Lingkungan dari PP Sukomoro

Kamis, 23 Agustus 2018 – 22:30 WIB
Persemaian Permanen (PP) Sukamoro di Palembang, Sumatera Selatan. Foto: dok. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (PTH) Ditjen PDASHL KLHK.

jpnn.com, PALEMBANG - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat ini makin gencar mengajak masyarakat untuk melakukan penghijauan lingkungan melalui kegiatan penanaman pohon.

Program ini juga yang terus dijalankan Ditjen PDASHL melalui Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (PTH) dan BPTH Wilayah I.

BACA JUGA: Mengais Rezeki Sambil Menghijaukan Bumi Sriwijaya

Untuk menghijaukan wilayah Sumatera Selatan, BPTH Wilayah I membangun Persemaian Permanen (PP) yang memproduksi bibit berkualitas.

BACA JUGA: Isi Kemeriahan HUT RI ke 73, KLHK Tanam 800 Batang Mangrove

PP ini terletak di Sukomoro, Kelurahan Suka Waras Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin tahun 2011.

Persemaian Permanen ini dibangun di atas lahan milik Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Palembang yang juga UPT Kementerian LHK.

BACA JUGA: Jelang Asian Games, Cegah HP Kemampo dari Kahurtla

Di tempat ini, dibangun sarana dan prasarana yang lengkap untuk produksi bibit tanaman hutan dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

Kepala Seksi Sertifikasi dan Peredaran Benih Tanaman Hutan BPTH Wilayah I, Mahendra Harjianto. Foto: Natalia/JPNN

Menurut Kepala Seksi Sertifikasi dan Peredaran Benih Tanaman Hutan BPTH Wilayah I, Mahendra Harjianto, PP Sukomoro yang dibangun ini berbeda dengan tempat persemaian lainnya.

PP Sukomoro memproduksi bibitnya menggunakan bahan yang ramah lingkungan yaitu dengan memanfaatkan limbah sabut kelapa atau cocopeat.

Limbah sabut ini diambil dari warga Sumatera Selatan sebagai media tumbuh bibit atau semaian dicampur dengan kompos yang berfungsi menyuburkan tanaman.

 

Menurutnya, dengan menggunakan bahan itu, penggunaan top soil sebagai media tanam bibit bisa ditekan.

"Setiap tahun PP Sukomoro menghasilkan bibit berkualitas 1,5 juta hingga 1,8 juta batang. Karena itu bisa dibayangkan jumlah m3 atau ton top soil atau lapisan atas tanah yang dibutuhkan dan lama kelamaan akan habis. Karena itulah penggunaan cocopeat sangat membantu menjaga lapisan tanah," ujarnya.

Sementara itu, Riza Yanuardie Fungsional PEH pada BPTH Wil. I sebagai Manajer PP Sukomoro mengatakan mendapatkan cocopeat  dari industri kecil
masyarakat di pinggiran sungai Musi .

"Kami membeli dari masyarakat, disimpan atau didiamkan dulu beberapa hari untuk menghilangkan kandungan kimia yang melekat di sabut kelapa. Selanjutnya cocopeat dicampur dengan pupuk kompos dan tanah," kata Riza.

Riza Yanuardie Fungsional PEH pada BPTH Wil. I sebagai Manajer PP Sukomoro. Foto: Natalia/JPNN

Dia mengatakan, jenis media tanaman cocopeat ini bisa digunakan untuk berbagai jenis tanaman hutan.

Antara lain jabon, tembesu, jelutung rawa, gaharu, bambang lanang, sengon, mahoni dan HHBK seperti petai, duku, mangga, nangka, karet, sirsak dan durian.

"Media tanam cocopeat di polybag juga efektif digunakan karena relatif ringan dibanding media berisi tanah seluruh" imbuh Riza.

Setiap tahun sejak 2011 masyarakat dari berbagai elemen meminta bantuan bibit di PP Sukomoro untuk penghijauan lingkungan tempat tinggal, sekolah, kiri kanan jalan, kebun dan tanah milik di wilayah Sumsel.

Mulai dari TNI, sekolah, perguruan tinggi, swasta hingga perorangan.

"Semua bibit yang diproduksi kami berikan secara gratis dan kami lakukan pembinaan dan pengertian tentang jenis, cara menanam dan manfaat tanamannya," pungkas Riza. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PDASHL Hijaukan Kembali Sumsel Lewat Bibit Berkualitas


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler