Yusuf Mansur Obong

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 21 Desember 2021 – 11:40 WIB
Ustaz Yusuf Mansur. Foto: dokumen JPNN.com/Ricardo

jpnn.com - Kalau seseorang menyebut nama ‘Jam’an Nurchotib’ hampir pasti tidak ada publik yang mengenalnya.

Namun, ketika disebutkan nama 'Yusuf Mansur’, apalagi kemudian ditempelkan atribut ‘ustaz’ di depannya, hampir semua orang di Indonesia mengenalnya, atau setidaknya pernah mendengar namanya.

BACA JUGA: Pak Ngateman

Ustaz Yusuf Mansur atau dikenal juga dengan inisial UYM menjadi salah satu ustaz papan atas Indonesia. Belakangan ini menjadi tren di masyarakat untuk menyebut nama para pendakwah terkenal dengan inisial.

Maka, bermunculannya banyak pendakwah dengan inisial, seperti, UBN, UAS, dan beberapa nama lain.

BACA JUGA: Jeruk Jokowi

Banyak pula pendakwah yang memakai ‘nom de guerre’ alias nama panggung, dan kemudian lebih dikenal dengan nama panggung itu ketimbang nama aslinya.

Nama Soni Ernata hampir pasti tidak dikenal orang, kecuali keluarga dan tetangga dekatnya.

BACA JUGA: Charlie Hebdo & Joseph Suryadi

Namun, ’nom de guerre’ Soni, yaitu ’Ustaz Maheer At-Thuwailibi’ dikenal oleh banyak orang, terutama para aktivis media sosial.

Tidak semua ‘nom de guerre’ itu membawa kisah sukses yang berakhir happy ending. Ustaz Maheer, yang terkenal dengan unggahan-unggahan tajam di media sosial, akhirnya ditangkap polisi karena ujaran kebencian.

Ustaz Maheer akhirnya meninggal dunia di tahanan polisi, Februari 2021.

Nama Yusuf Mansur belakangan ini juga banyak menjadi perbincangan di ruang publik. Kali ini, UYM menjadi sorotan bukan karena aktivitas dakwahnya, tetapi soal kegiatan bisnisnya yang dituding menyimpang.

Dibanding pendakwah-pendakwah yang lain, UYM punya brand tersendiri yang cukup kuat. Ia dikenal sebagai pendakwah sekaligus pebisnis yang ulet dan punya banyak jenis usaha.

UYM banyak mempunyai ventura di bidang properti di berbagai kota besar di Indonesia. UYM punya bisnis sistem pelayanan pembayaran elektronik melalui Paytren.

UYM juga punya saham di sebuah klub sepak bola profesional. Dia juga punya keagenan pemain sepak bola internasional.

Dalam terminologi dunia kewirausahaan dikenal istilah ‘socio-preneurship’ atau kewirausahaan sosial. Istilah ini merupakan gabungan dari dua kosa kata, ‘social’’ dan ’entrepreneurship’, yang berarti usaha bisnis yang digabungkan dengan usaha sosial.

Socio-preneurship adalah usaha bisnis yang dikelola secara profesional, tetapi tidak bertujuan semata-mata mendapatkan profit, melainkan lebih berorientasi membantu kemaslahatan umat.

Belakangan ini muncul banyak pendakwah yang juga aktif menjalankan berbagai macam bisnis sebagaimana yang dilakukan UYM. Mereka mempergunakan jaringan dakwahnya yang luas untuk menggalang dana umat dan memanfaatkannya untuk bisnis dengan tujuan demi kemaslahatan umat.

Fenomena ‘religio-preneurship’ ini menjadi hal yang umum di kalangan umat. Ada yang melakukannya secara terbatas di lingkungan jamaahnya sendiri, dan ada pula yang melakukannya dengan skala yang luas dan besar seperti yang dilakukan oleh UYM.

Model bisnis ‘religio-preneurship’ yang dijalankan UYM ini sekarang menjadi sorotan publik. Beberapa orang secara terbuka menudingnya telah mengeksploitasi agama untuk kepentingan bisnis.

UYM dianggap mengeksploitasi konsep sedekah untuk mengumpulkan dana investasi umat, tetapi pengelolaannya dianggap menyimpang.

Gugatan terhadap UYM dilakukan oleh orang-orang yang merasa tertipu. Di banyak akun media sosial UYM disebut telah melakukan penipuan berkedok agama.

Seorang pengusaha terkenal asal Solo mengungkap malapraktik bisnis yang dilakukan oleh UYM. Seorang wartawan senior menerbitkan buku berisi daftar bisnis tipu-tipu yang dilakukan oleh UYM.

Sebuah buku berjudul ‘Yusuf Mansur Obong’ yang ditulis wartawan senior H.M Joesoef (2020) berisi daftar usaha UYM yang dianggap menyimpang. Buku itu berisi kumpulan tulisan yang mengupas bisnis UYM yang terkait dengan investasi-investasi yang melibatkan jemaah dalam skala luas.

Bisnis UYM yang disorot adalah investasi batu bara (2009-2010), Patungan Usaha (2012-2013), Condotel Moya Vidi (2014), Nabung Tanah (2014), Veritra Sentosa Internasional, rencana penerbitan Paytren (2013), dan beberapa bisnis lainnya.

Dalam buku itu Joesoef mengungapkan bahwa investasi-investasi tersebut berujung pada masalah. Pada awal program, UYM memakai website untuk melakukan promosi.

Akan tetapi, setelah beberapa lama program-program itu banyak yang tidak terdengar kelanjutannya. Website yang digunakan sebagai sarana informasi dan komunikasi tak lagi berfungsi,

Ada 32 tema yang dibahas dalam buku itu. H.M Joesoef mengeklaim dari semua investasi yang dilakukan UYM sejak 2009, hanya satu yang terealisasi, yaitu Hotel Siti di Tangerang.

Hotel itu merupakan produk dari program ‘Patungan Usaha’ yang digagas demi mengumpulkan dana untuk bisnis hotel dan properti. Namun, program itu juga memunculkan banyak masalah.

Sejak 2013, website Patungan Usaha tak lagi bisa diakses. H.M Joesoef menyebut progres investasi tidak lagi dilaporkan di website.

Kerahiman atau profit sharing yang dijanjikan sebesar 8 persen per tahun dari investasi belum pernah direalisasikan. Usaha patungan Condotel Moya Vidi yang direncanakan akan dibangun di Yogyakarta juga belum direalisasi. Hanya ada tanah kosong yang belum tergarap.

Serangan ini dihadapi dengan tenang oleh UYM. Sebagaimana menghadapi serangan-serangan lainnya, UYM mengatakan sebaiknya semua komplain disalurkan lewat jalur hukum dan dia mengaku siap menghadapi semua risiko.

Serangan terhadap UYM ternyata muncul juga dari kalangan yang selama ini dianggap sebagai satu barisan dengan UYM. Ade Armando pun ikut-ikutan menyerang UYM, padahal selama ini keduanya dikenal berada pada satu kubu, yakni sama-sama pendukung super-fanatik Jokowi.

Pada Pilpres, 2019 UYM berada pada posisi dilematis antara dua kubu pasangan capres. Namun, kemudian UYM lebih condong ke kubu Jokowi.

Oleh karena itu, pendukung Prabowo pun menyebut UYM sebagai ustaz kecebong. Para pengkritiknya menyebut UYM mencari perlindungan politik, karena usaha bisnisnya banyak bermasalah dan berpotensi menjadi masalah hukum yang serius.

Dalam unggahan video berjudul ’Yusuf Mansur, Bukti Beragama Harus Pakai Akal Sehat’, Ade Armando mengkritik cara-cara Yusuf Mansur mengumpulkan dana dari masyarakat dengan memakai konsep sedekah.

Dalam berbagai ceramahnya, Yusuf Mansur mengajak umat tidak ragu-ragu melakukan investasi melalui konsep sedekah, karena dalam ajaran Islam, sedekah akan mendapatkan balasan 10 kali lipat.

Yusuf Mansur dalam berbagai ceramahnya juga meyakinkan umat dengan hitung-hitungan matematis. Ia memberi contoh, seseorang yang menyedekahkan sepeda motor akan mendapatkan balasan mobil kijang.

Yusuf Mansur meyakinkan bahwa janji ini dijamin oleh Allah SWT, dan karena itu harus diyakini.

Ade Armando mengritik cara-cara yang dipakai Yusuf Mansur ini dan menyindir bahwa hal itu tidak masuk dalam akal sehat. Secara tidak langsung, Ade Armando menyebut cara-cara yang dilakukan oleh Yusuf Mansur cenderung manipulatif.

Janji-janji yang disampaikan oleh Yusuf Mansur dianggap tidak sesuai dengan akal sehat. Ade Armando juga mengungkit masa lalu Yusuf Mansur yang pernah berjualan es, bahkan mendekam di tahanan polisi.

Kali ini Yusuf Mansur dibuat berang. Ia membalas serangan Ade Armando dengan mempertanyakan kompetensinya sebagai seorang akademisi ahli komunikasi.

Yusuf Mansur berang karena Ade Armando dianggapnya hanya memperoleh informasi satu pihak dari media. Yusuf Mansur melaporkan Ade Armando ke polisi dan menantang untuk membuktikan berbagai tuduhannya itu di pengadilan.

Yusuf Mansur Obong versi Ade Armando ini bisa jadi akan menjadi kebakaran yang lebih besar. Kasusnya akan semakin membesar, dan sangat mungkin UYM sendiri akan ikut terbakar di dalamnya.(***)

 

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumini dan Siskaee


Redaktur : Antoni
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler