Zahriyani Putri Agustin, Bocah Korban Penyanderaan Dramatis di Gresik

Dipuji karena Sikapnya yang Tenang dan Tidak Panik

Jumat, 19 Desember 2014 – 20:30 WIB
Rani di pangkuan ayahnya, Agus Siswanto, saat dikunjungi Kapolres Gresik AKBP E. Zulpan (kiri) dan Wakapolres Alfian Nurrizal.Foto: Umar Wirahadi/Jawa Pos/JPNN.com

RABU pagi (17/12) warga Gresik, Jawa Timur, digegerkan aksi penyanderaan dramatis. Korbannya adalah siswi SDN Tlogopatut II, Kota Gresik, yang bernama Zahriyani Putri Agustin. Gadis 9 tahun yang akrab dipanggil Rani itu akhirnya selamat setelah petugas berhasil melumpuhkan pelaku, Fuad Ahmad, di tengah keramaian lalu lintas Kota Pudak. Bagaimana kondisi Rani sehari setelah kejadian itu?
 
UMAR WIRAHADI, Gresik
 
Rumah sederhana di Jalan Dewi Sekardadu, Desa Ngargosari, Kebomas, Gresik, kemarin (18/12) tidak henti-henti didatangi tamu. Rumah setengah jadi berukuran 7 x 12 meter tersebut sampai tidak mampu menampung banyaknya tamu. Mereka pun terpaksa keluar masuk secara bergiliran.

Ya, para tamu itu hilir mudik di rumah keluarga Agus Siswanto untuk membesuk Zahriyani Putri Agustin yang masih trauma. Sehari sebelumnya, Rani -- panggilan akrab anak pertama pasangan Agus Siswanto dan Nur Fadilah tersebut -- menjadi korban penyanderaan oleh Fuad Ahmad, warga asal Nusa Tenggara Barat, yang mengalami depresi berat setelah kalah judi bola. Nyawa Rani sempat terancam karena selama sekitar dua jam Fuad menodongkan pisau di leher siswa kelas IV SD itu.

BACA JUGA: Tinggalkan Jejak Sejarah Kelahiran Pancasila

Fuad mengancam akan membunuh korban bila ada yang nekat mendekat dan menolak permintaannya.

"Jangan mendekat atau anak ini saya bunuh," hardik Fuad setiap petugas berusaha membujuknya untuk melepaskan Rani.

BACA JUGA: Strategi Perang dari Lantai 10

Bocah itu akhirnya berhasil diselamatkan setelah petugas gabungan dari Polres Gresik dan Kodim 0817/Gresik melumpuhkan Fuad yang lengah saat minta diantar ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Mobil patroli yang disopiri Kapten Suwanto, perwira Kodim 0817/Gresik, yang membawa Fuad bersama sanderanya berhenti di lampu merah di Jalan Veteran Gresik. Saat itulah Suwanto beraksi merebut pisau yang dibawa Fuad. Sementara itu, dari luar, beberapa polisi bergerak cepat membekuk pelaku. Dalam pergumulan tersebut, Fuad terpaksa ditembak hingga tewas karena melawan.

Di tengah kerumunan tamu di rumahnya kemarin, bocah kelahiran 10 Januari 2005 itu lebih banyak diam. Dia hanya menjawab pertanyaan dengan tersenyum.

BACA JUGA: Ikhlas Lepas Museum Seikhlas Lepas Kekasih Pergi

"Dia (Rani, Red) belum mau banyak bicara. Wajahnya juga masih pucat," kata Agus Siswanto, ayah Rani, kepada Jawa Pos (induk JPNN.com) ini.

Di antara para tamu ada sejumlah pejabat. Rombongan pertama yang datang sekitar pukul 08.00 adalah Bupati Sambari Halim Radianto dan Wakil Bupati M. Qosim. Mereka didampingi Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik) Nadlif, Kabaghumas Suyono, dan Camat Kebomas Jaeruddin. Menyambut kedatangan orang nomor satu di Pemkab Gresik itu, Rani terlihat senang. Dia mulai bisa tersenyum.  Apalagi ketika bupati dan wakil bupati secara bergantian menggendong bocah manis tersebut.

"Kalau sudah besar nanti Rani ingin jadi apa?" tanya Sambari.

Pertanyaan itu langsung dijawab Rani, "Saya mau jadi polwan (polisi wanita, Red), Pak." Jawaban tersebut membuat para tamu tertawa dan bertepuk tangan.

Sambari mengaku senang melihat kondisi Rani yang mulai ceria. Dia meminta orang tua Rani untuk bersabar dan terus menjaga anaknya hingga benar-benar pulih kondisi psikisnya.

Rani juga kedatangan tamu istimewa. Dia adalah Kapten Suwanto. Perwira staf administrasi (Pasimin) Kodim 0817 Gresik itu merupakan orang yang berjasa ikut menyelamatkan Rani. Suwanto menjadi pahlawan dengan berpura-pura menjadi komandan kodim (Dandim) 0817 Gresik untuk mengelabui Fuad.

Dalam kesempatan itu, Rani menyampaikan keinginannya untuk mengajak Suwanto berjalan-jalan ke tempat rekreasi. Itu disampaikan sebagai bentuk terima kasih Rani dan keluarga atas aksi heroik perwira menengah tersebut. Mendengar ajakan Rani itu, Suwanto langsung tertawa lepas. Dia menyatakan akan menyediakan waktu khusus untuk Rani yang akan mengajak jalan-jalan.

"Saya pasti bersedia diajak Rani jalan-jalan," ungkap Suwanto disambut senyum para tamu yang menyesaki rumah Rani.

Setelah bupati dan Suwanto, tamu berikutnya adalah rombongan Kapolres Gresik AKBP E. Zulpan. Zulpan hadir bersama Wakapolres Alfian Nurrizal serta segenap jajaran. Kehadiran korps baju cokelat itu juga diikuti tim psikiater dari RS Petrokimia Gresik. Zulpan bersyukur kondisi korban sudah membaik.

"Tentu ini menjadi peringatan agar sistem keamanan di sekolah harus lebih ditingkatkan," kata Zulpan.

Psikiater RS Petrokimia Gresik Nadiya Attuwy mengatakan, kondisi psikis Rani memang masih dibalut trauma. Bocah tersebut masih diliputi rasa cemas yang cukup besar karena insiden penyenderaan yang dialami. Untuk itu, para psikiater RS Petrokimia Gresik siap melakukan pendampingan hingga mental Rani benar-benar pulih.

"Kami akan melakukan pemeriksaan secara berkala. Selain itu, perlu dilakukan tindakan relaksasi atau hipnoterapi terhadap korban," ujarnya.

Nadiya khawatir bila trauma Rani berkepanjangan. Sebab, kalau trauma berkepanjangan, akibatnya kurang baik di kemudian hari.

"Mudah-mudahan trauma itu bisa sembuh secepatnya," imbuh Nadiya.

Agus Siswanto mengakui kondisi anaknya masih trauma. Itu terlihat dari sikap dan ucapannya yang ngelantur sepulang dari rumah sakit Rabu sore. Mulai saat itu Rani sulit tidur. Orang tua dan kerabatnya berjaga bergantian di kamarnya. Tidak seperti biasa Rani baru bisa terlelap sekitar pukul 00.00. Pukul 05.00 dia bangun, lalu menunaikan salat Subuh berjamaah bersama ayah dan ibunya.

"Ketika saya ajak jalan-jalan pagi, dia tidak mau. Katanya masih takut dengan penyanderaan yang baru saja dialaminya," tutur dia.

Bukti lain bahwa Rani masih trauma adalah keluarganya dilarang melihat berita di televisi.

"Rani melarang kami nonton tivi. Katanya takut," ucap Agus.

Agus mengaku tidak sampai hati melihat putri sulungnya ditodong pisau oleh pelaku.

"Saya melihat dengan mata saya sendiri ketika pelaku membopong anak saya, sementara di lehernya ada pisau. Saya tidak tega," ujarnya.

Meski begitu, ayah tiga anak itu mengaku bangga dengan putrinya. Agus menceritakan, selama jadi sandera, putri sulungnya tersebut selalu membaca tiga surat dalam Alquran. Yaitu, Al Fatihah, An Nas, dan Al Ikhlas. Bacaan ayat suci Alquran itu mampu membuat dirinya kuat. Bocah tersebut juga berhasil menguasai diri dengan bersikap tenang, tak terlihat gugup atau panik yang bisa berakibat fatal.

Meski demikian, dada Rani sempat terkena goresan pisau pelaku saat bergumul dengan Kapten Suwanto. "Kamu hebat, Nak. Kamu akan bisa jadi polwan seperti cita-citamu," ujar Agus kepada Rani. (*/c5/c10/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terawan Agus Putranto, Dokter Tentara Ikon RSPAD Gatot Soebroto


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler