10 Perempuan Ini Dilatih Kemiliteran tapi Tetap Harus Pintar Berdandan
Karena jadwal taruni yang padat, mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk bercengkerama. ’’Paling saat makan atau berkegiatan di asrama setelah mereka belajar,’’ kata Boedi.
Untuk itu, di luar jadwal sehari-hari, mereka mempunyai jadwal pengasuhan khusus. Yaitu, Sabtu pukul 06.30 hingga pukul 10.00. ’’Waktu pengasuhan khusus tersebut digunakan untuk bersantai dan ngobrol,’’ ungkap Boedi.
Biasanya, bercengkerama bisa dilakukan setelah taruni melakukan lari pagi. Lebih akrab sembari makan bakso. Di AAL, para taruni bersama taruna belajar selama tiga tahun. Dalam waktu tiga tahun tersebut, para taruni AAL diberi bekal pengetahuan, profesi, dan akademik.
Titik beratnya aspek kecerdasan dengan fokus pada metode pengajaran untuk mendapatkan kualifikasi korps. Yaitu, pelaut, elektronika, dan supply. Para taruni itu akan mendapatkan korps sesuai aspek kecerdasannya.
Pengasuhan yang dilakukan Boedi dan Made tidak hanya dilakukan di darat. Para taruni yang harus melakukan pelayaran untuk naik tingkat juga mereka dampingi. ’’Kami ikut berlayar bersama mereka,’’ ungkap Made.
Di dalam kapal, Boedi dan Made memberikan pengasuhan mengenai cara bersosialisasi. ’’Tidak seperti pria, mereka harus tahu diri kalau keluar kamar harus berpakaian seperti apa. Makan juga harus di tempat makan,’’ tutur Boedi yang mendampingi pada pelayaran Prajalasela ke Lombok dan Jalasesa ke Makassar.
Hal itu bertujuan untuk mempersiapkan mereka pada pelayaran yang lebih besar. ’’Mereka untuk naik ke tingkat tiga nanti harus berlayar lagi. Rencananya mereka berlayar ke Italia,’’ imbuh Made.
Sebagai bagian dari Kowal, taruni mempunyai amanat untuk mengabdi secara profesional dan membanggakan. Sebab, Kowal sudah mempunyai catatan baik. Dalam sejarahnya, pada Februari 2008, Kowal dipercaya bergabung dengan pasukan multinasional di berbagai negara yang sedang dilanda konflik. Yakni, pasukan UNIFIL di Lebanon dan pasukan MONUC di Kongo.