147 Pastor Papua Meminta Semua Pihak Hentikan Kekerasan
'KWI jangan tinggal diam'
Selain kepada kedua kelompok yang bertikai dan presiden, para pastor juga mengirimkan seruan kepada Gubernur Papua Lukas Enembe, kepada pemerintah Indonesia secara umum dan para investor, kepada kelompok rawan pemicu konflik horisontal, para pemimpin pemerintahan daerah, dan para pengambil kebijakan migrasi, serta kepada pimpinan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Kepada organisasi yang menaungi gereja Katolik di Indonesia ini para pastor mempertanyakan sikap KWI yang selama ini dituding cenderung diam dalam menyikapi kekerasan di Papua.
"Kami, para Pastor Papua ingin bertanya: Mengapa Bapak-bapak Pimpinan Gereja Katolik Indonesia tidak membahas secara holistic, serius dan tuntas mengenai konflik terlama di Tanah Papua dalam rapat tahunan KWI? Ada apa dengan Tanah Papua ini?"
"Sekali lagi kami berharap, merindukan, dan memohon, agar Bapak Kardinal dan Para Uskup se-Indonesia jangan tinggal diam atau seakan-akan tidak mau tahu dengan kondisi terlukanya rasa kemanusiaan umat Tuhan di Tanah Papua, terutama Ras Melanesia yang sedang menuju ambang kepunahan."
Para pastor menawarkan dialog komprehensif yang bisa menyelesaikan konflik terpanjang di tanah Papua, yang menurut mereka, tidak dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, melainkan untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya menuju keadilan dan perdamaian di Bumi Cenderawsih.
Meski mengapresiasi kerja advokasi gereja di Papua yang sarat kekerasan, akademisi Australian National University (ANU) dan penggiat isu Papua, Hipolitus Wangge menilai, selama ini peran gereja memang belum cukup signifikan.
"Dari riset-riset yang pernah dilakukan sedikit banyak ditemukan bahwa memang kekerasan itu menjadi salah satu titik persoalan [di Papua] yang tidak pernah diselesaikan, dan kehadiran gereja di situ juga tidak banyak memberikan ruang buat penyelesaian-penyelesaian masalah," tutur Hipolitus kepada jurnalis ABC Indonesia, Hellena Souisa.