Abaikan Ancaman Radikalisme, Rusia Pulangkan 200 Anak Anggota ISIS
jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah Rusia telah memulangkan lebih dari 200 anak-anak bekas kelompok militan ISIS yang berasal dari negara tersebut pada tahun lalu.
"Usai dipulangkan, anak-anak tersebut kemudian dikembalikan ke keluarga masing-masing yang masih berada di Rusia, atau dibawa ke panti asuhan," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva kepada awak media di Jakarta, Rabu (11/2).
Isu pemulangan anak-anak warga Rusia eks ISIS kembali ke negara tersebut, menurut Lyudmila, melewati kajian yang berdasarkan masing-masing kasus.
“Pemerintah Rusia terus memantau apa yang terjadi dan bagaimana orang-orang dari Rusia berpartisipasi dalam kegiatan terorisme ini. Ini adalah masalah yang sangat rumit dan saya menggarisbawahi bahwa pengkajiannya berdasarkan masing-masing kasus,” kata dia.
Anak-anak tersebut kembali dipulangkan ke keluarga di Rusia, apabila mereka masih memiliki anggota keluarga di Negara Beruang Merah itu. Meski tidak menjelaskan secara detail usia anak-anak yang dipulangkan, Lyudmila menyebut mereka semua berusia di bawah 18 tahun.
Saat ditanya apakah ada kekhawatiran jika anak-anak tersebut terpapar paham radikalisme atau menjadi ancaman dalam situasi keamanan domestik, dia meyakini mereka bisa diedukasi, dan hal tersebut menjadi tanggung jawab keluarga dan/atau pemerintah Rusia.
“Mereka adalah anak-anak, tentu kami memulangkan mereka. Ancaman pasti ada tetapi mereka anak-anak. Mereka dapat diberikan edukasi oleh keluarga dan pemerintah. Ini masalah serius,” ujarnya. Dia menambahkan aspek kemanusiaan adalah bagian penting dari isu tersebut.
Isu pemulangan warga negara yang terlibat jaringan terorisme di luar negeri, termasuk ISIS, menjadi permasalahan bagi sejumlah negara, di antaranya Rusia dan juga Indonesia.