ACSS 2024: Peneliti Indonesia Paparkan Strategi Mengatasi Masalah Merokok
Strategi komunikasi ini juga menggunakan model kolaborasi HexaHelix yang melibatkan akademisi, masyarakat umum, pemerintah, pelaku usaha, media dan organisasi masyarakat untuk bersama mengatasi masalah tersebut.
“Komitmen dan kebijakan yang tepat sasaran dari pemerintah diperlukan untuk mengatasi masalah merokok secara tersegmentasi, yakni membedakan strategi untuk non-perokok agar tidak mulai merokok, perokok aktif yang ingin berhenti merokok dan perokok aktif yang sulit berhenti merokok," tutur Kholil.
Faktor kunci keberhasilan untuk mengatasi masalah merokok secara tersegmentasi tersebut ialah membangun strategi komunikasi yang efektif, baik langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan peran media sosial, teknologi digital, dan kolaborasi dengan figur publik agar pesan yang disampaikan dapat tepat sasaran pada tiga target, yaitu non-perokok, perokok berhenti (quitter) dan perokok beralih (switcher).
Untuk membangun strategi komunikasi tersebut, narasi harus memuat faktor kesehatan, sosial budaya dan ekonomi.
Kesehatan adalah prioritas utama karena semua perokok sadar bahwa merokok dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka, dan pengobatan penyakit akibat merokok memerlukan biaya yang mahal.
Pendekatan pengurangan risiko menjadi salah satu narasi yang diperlukan untuk membantu perokok yang sulit berhenti merokok agar beralih ke produk alternatif.
Sementara, Hifni mengatakan pemaparan hasil studi di acara ini menjadi kesempatan untuk bertukar ilmu dan pengalaman dalam mengkaji strategi komunikasi yang tepat untuk mengatasi masalah merokok.
“Segmentasi dalam strategi komunikasi berperan penting untuk menentukan narasi yang tepat agar pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh audiens yang dituju. Usia, latar belakang pendidikan, budaya, dan kondisi ekonomi dari audiens juga berpengaruh," ungkap Hifni.