Ada Kunci Jawaban Seharga Rp 12 Juta
jpnn.com - JAKARTA PUSAT - Upaya mewujudkan ujian nasional (unas) secara jujur agaknya tidak mudah. Di tengah pelaksanaan unas SMA dan SMK pada 14-16 April ini, masih ditemukan bocoran kunci jawaban. Hal itu terjadi pada hari pertama unas pada Senin lalu (14/4).
Temuan tersebut muncul berdasarkan pengaduan masyarakat mengenai pelaksanaan unas yang dihimpun Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI). Bocoran kunci jawaban unas seharga Rp 12 juta itu beredar di kalangan para pelajar antarsekolah di DKI.
Sekjen FSGI Retno Listyarti membeberkan, para peserta unas membeli kunci jawaban dengan mengumpulkan uang dari teman satu sekolah. Karena harganya tinggi, mereka mencari tambahan uang dengan mengajak pelajar dari sekolah lain untuk patungan. “Setiap orang membayar beberapa ratus ribu,” ungkapnya di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Menteng, Jakarta, Selasa (15/4).
Dalam praktiknya, tutur dia, pelajar membentuk koordinator di setiap kelas dan jurusan. Dari koordinator itu, mereka memilih ketua yang bertugas membeli bocoran soal dan jawaban. Setelah mendapatkan semua kunci jawaban 20 paket, ketua melaporkan kepada koordinator. Setelah itu, disebarkan ke seluruh siswa. “Begitu juga prosesnya pada teman-teman mereka dari sekolah berbeda,” terang dia.
Praktik penyebarluasan kunci jawaban itu diperoleh FSGI dari laporan seorang siswa yang merasa terganggu dengan kejadian itu di sekolahnya. Namun, siswa itu juga mengaku ikut patungan untuk membeli soal dan jawaban unas. “Dia mengetahui kunci jawaban itu 80 persen benar,” ujar Retno.
Sayangnya, Retno tidak mau membeber gamblang pelajar yang melapor. Dia beralasan pihaknya melindungi siswa korban unas. Dia menilai para siswa itu hanya menjadi korban dari system pendidikan. “Mereka tidak akan bertindak macam-macam kalau unas tidak lagi multiparameter,” tuturnya.
Dia mengakui, tahun ini unas tidak hanya digunakan sebagai pemetaan. Tetapi, juga digunakan untuk menentukan kelulusan siswa dan bahkan masuk perguruan tinggi negeri (PTN).
Jika unas kembali hanya berfungsi sebagai pemetaan, tidak akan ada lagi sekolah yang memanipulasi nilai rapor siswa. “Pelajar juga tidak akan repot mencari bocoran soal dan kunci jawaban hanya untuk mendapatkan nilai tinggi,” jelasnya. (tyh/dwi)