Ada Tanda-tanda Jago Asal Polri di Pilkada 2018 Bakal Keok
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyatakan, para jenderal Polri yang ikut Pilkada Serentak 2018 perlu bekerja lebih keras lagi meraih simpati pemilih. Sebab berdasar pantauan IPW, elektabilitas para jenderal Polri masih sangat rendah meski sudah bekerja keras untuk membangun citra dan mendekati pemilih.
“Sepertinya kerja keras itu belum menunjukkan aksi maksimal untuk mengangkat ektabilitas para jenderal polisi itu untuk memenangkan pilkada,” kata Neta kepada JPNN, Senin (26/3).
Neta menuturkan, ada tiga tantangan berat yang mengganjal para jenderal Polri untuk memenangi pilkada. Pertama, pengaruh petahana masih sangat kuat sehingga memiliki elektabilitasnya sangat tinggi dan sulit digoyahkan para jenderal polisi.
Kedua, lanjut Neta, persepsi masyarakat terhadap polisi masih negatif. Efeknya adalah para anggota Korps Bhayangkara yang ikut pilkada sangat sulit memoles citra demi meraih simpati pemilih.
Faktor ketiga, begitu Polri terlibat bentrok dengan masyarakat, maka imbasnya ke elektabilitas polisi yang ikut pilkada. Sebagai contoh adalah bentrok Polres Banggai di Sulawesi Tengah dengan ibu-ibu yang sedang berzikir.
Beratnya tantangan dan kendala itu membuat IPW memprediksi Pilkada 2018 ternyata belum berpihak pada Polri. Meski demikian, Neta menganggap Pilkada 2018 bisa dijadikan tolok ukur sejauhmana Polri dipercaya masyarakat.
“Dan di Pilkada 2018 ini semua itu diuji dan dibuktikan, di mana ada tiga jenderal polisi ikut Pilkada gubernur dan ada tujuh pamen (perwira menengah) Polri ikut pilkada bupati,” sebutnya.
Seperti diketahui ada tujuh perwira dan satu bintara Polri yang ikut Pilkada Serentak 2018. Mereka adalah, AKBP Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat (calon bupati Tapanuli Utara), Kombes Syafiin (calon bupatu Jombang) dan AKBP Marselis Sarimin (calon bupati Manggarai Timur).