Ada yang Sejak 1949 Telateni Kopi
Senin, 16 Agustus 2010 – 04:23 WIB
"Saya saat itu melihat banyak teman seperjuangan yang mengalami cacat fisik dan perhatian pemerintah terhadap teman-teman yang cacat ini sangat kecil. Karena itu, saya memilih untuk jadi petani saja, mengurusi kopi," cerita Tjipto terkait dengan latar belakang dirirnya meninggalkan dunia militer.
Dia kemudian teringat pelajaran ketika menjadi siswa sekolah dagang di Jogjakarta pada zaman penjajahan Belanda. Yakni, bagaimana mengolah sebuah barang menjadi lebih berharga. Karena dia memiliki kebun kopi, yang terlintas dalam benaknya adalah menjual produk kopi yang lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan hanya menjual biji kopi.
Akhirnya dia memutuskan untuk menjual kopi bubuk siap seduh sehingga konsumen tak perlu susah-susah lagi untuk menumbuk biji kopi jika ingin menikmati kopi tubruk. "Karena saat itu tidak ada perusahaan kopi bubuk, semua koperasi pemerintah pasti ambil kopi dari saya," tuturnya.