Afrika Selatan Memutuskan Menunda Penggunaan Vaksin AstraZaneca
Afrika Selatan memutuskan menunda program vaksinasi yang menggunakan vaksin AstraZeneca hanya beberapa hari menjelang program itu digelar, setelah data uji coba menunjukkan vaksin itu hanya memberikan perlindungan terbatas terhadap jenis virus B.1.351 yang muncul di negeri tersebut.
- Data awal dari Oxford University menunjukkan vaksin AstraZeneca hanya memberikan perlindungan minimal terhadap varian Afrika Selatan
- Peneliti utama Sarah Gilbert mengatakan akan ada vaksin baru di bulan September untuk varian tersebut
- Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt mengatakan tidak khawatir dengan vaksin AstraZeneca yang ada saat ini
Data awal yang didapat dari penelitian yang dilakukan Oxford University mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca hanya memberikan 'perlindungan minimal' terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh varian Afrika Selatan tersebut.
Namun, penelitian yang belum mendapatkan kajian dari para ilmuwan lain itu hanya melibatkan sekitar dua ribu orang dengan usia rata-rata 31 tahun.
Peneliti utama vaksin ini, Sarah Gilbert, hari Minggu (07/02) mengatakan bahwa perusahaan AstraZeneca akan mengubah vaksin mereka guna menghadapi varian Afrika Selatan dan akan tersedia bulan September, meski mereka mengatakan vaksin ini masih bisa melindungi dari 'penyakit yang parah'.
Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zweli Mkhize mengatakan bahwa masih diperlukan 'lebih banyak pekerjaan' yang harus dilakukan sebelum vaksin bisa digunakan.
Afrika Selatan mendapatkan satu juta dosis vaksin tersebut minggu lalu dan semula berencana mulai melakukan vaksinasi dalam beberapa hari mendatang.
"Kami masih percaya bahwa vaksin kami masih bisa melindungi dari penyakit parah, bisa menetralkan aktivitas antibodi sama seperti yang dilakukan vaksin COVID-19 lainya yang sudah menunjukkan aktivitas terhadap penyakit parah lainya, khususnya ketika pemberian vaksin berjarak optimal antara 8 sampai 12 minggu," kata pernyataan dari AstraZeneca.