Agak Terisolasi, Namun Itu Pilihan Hidup
Selasa, 17 Agustus 2010 – 16:49 WIB
Bersama dua rekannya, Ali mengatakan bahwa selama mereka ditugaskan menjaga pulau perbatasan, pada dasarnya mereka selalu kekurangan stok makanan, air, dan kebutuhan media seperti koran dan majalah. "Belanja kita hanya sekali empat hari saja ke Belakang Padang, sementara air kami hanya mengharapkan pasokan dari Batam dan air hujan. Majalah, bahkan koran saja, tidak ada. Kami sangat minim informasi dunia luar. Tahunya hanya menjaga ini saja. Sedikit terisolasi," ujarnya sambil tersenyum, yang diiyakan rekannya yang lain.
Meski demikian, para prajurit tersebut juga mengatakan tidak pernah menyesal mempunyai profesi seorang prajurit pembela negara, khususnya dengan tugas pengamanan wilayah perbatasan. "Ini sudah jadi pilihan hidup. Kita sudah dikontrak mati untuk negara. Tugas harus dijalankan apa adanya, sambil berserah pada Yang di Atas," ujar prajurit kepala Syahdan, yang juga menjadi rekan Ali dalam satu grup.
Mendengarnya, spontan Ali pun berujar menyampaikan keadaannya. "Iya nih. Istri lagi hamil empat bulan di Purwakarta. Saya tidak bisa lihat karena mengemban tugas. Apalagi ini hamil pertamanya dia. Sedih juga tidak bisa lihat. (Tapi) tidak boleh cengeng," ujar Ali yang akan habis masa tugasnya di sana Desember mendatang.