Airlangga: Riset Farmasi dan Kesehatan Sangat Krusial
Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam menyampaikan mengenai pentingnya pengembangan inovasi di bidang farmasi dan kesehatan.
Menurut Nizam, saat ini lebih dari 90 persen obat-obatan dan bahan baku obat masih diimpor. Dengan demikian, Indonesia membutuhkan lebih banyak peneliti di bidang farmasi.
“Program beasiswa ini agar melahirkan inovasi yang berguna bagi pengembangan obat-obatan dan bermanfaat bagi industri obat-obatan di tanah air,” kata Nizam.
Sementara itu, pimpinan Dexa Group Ferry Soetikno dalam sambutan virtual ceremony DASS 2021 mengatakan pandemi Covid-19 menunjukkan banyak hal yang harus dibenahi di sektor kesehatan Indonesia.
Salah satunya masih tingginya impor bahan baku obat yang mencapai 95 persen dan alat kesehatan sebesar 94 persen, serta minimnya tenaga ahli di bidang kesehatan.
"Kita harus bisa bangkit dari pandemi melalui sinergi melahirkan inovasi untuk bangsa, agar sektor kesehatan berdaulat untuk kesehatan masyarakat. Karenanya Indonesia memerlukan saintis-saintis yang mampu mengupayakan terobosan," tuturnya.
Dia menjelaska program DASS diarahkan untuk mencetak kader-kader ilmuwan Indonesia yang mampu menggerakkan dan memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan menghasilkan produk dalam bidang farmasi dan kesehatan.
Ferry menjelaskan di tahun penyelenggaraan yang ke-4, DASS berhasil menarik minat ribuan generasi muda. Sebanyak 1.197 saintis muda mendaftar untuk mendapatkan beasiswa DASS 2021.