Anak Muda Australia Rasakan Manfaat Dari Belajar Bahasa dan Budaya Indonesia
Sam yang juga aktif dengan organisasi Australia Indonesia Youth Association (AIYA) Victoria atau perkumpulan anak muda Indonesia dan Australia pernah disangka seorang guru saat ia ke Indonesia.
"Ada satu kali saya menjelaskan karir saya di Australia dalam acara pertukaran pemuda Indonesia-Australia dengan Kemenpora. Dan ada yang bertanya 'Anda siapa?' dan saya bilang saya adalah facilitator," kata Sam.
"Mereka tidak mengerti apa itu facilitator karena tidak bisa menerjemahkannya dengan lancar, akhirnya saya bilang saya guru. Jadi mereka kira saya guru resmi … dan beberapa guru mau diskusi dengan saya terkait kurikulum."
Walaupun sempat mengalami tantangan ketika belajar Bahasa Indonesia, Sam yang saat ini menjabat sebagai CEO dari Marco Polo Project dan bekerjasama dengan komunitas multikultural di Victoria, menekankan pentingnya kemampuan berbahasa lain, selain Bahasa Inggris.
"Kenapa enggak? … Saya kira mungkin bahasa kedua itu yang paling penting … dari sudut pandang pribadi, lebih benar kalau kita bisa berhubungan dengan budaya dari bahasa kedua."
Usaha mempromosikan sisi kontemporer Indonesia
Menurut Kirrilly di zaman media sosial seperti sekarang ini, pendekatan mengajar Bahasa Indonesia harus mengedepankan aspek modern ketimbang pendekatan tradisional yang pada umumnya digunakan.
"Terkadang kita terperangkap dalam aspek tradisional Indonesia, misalnya mengajarkan tentang gamelan, batik, atau angklung, yang menurut saya juga keren dari Indonesia. Namun, ini terlalu sempit."