Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Anak Panah dari Al Hikmah

Oleh Dahlan Iskan

Sabtu, 22 Desember 2018 – 05:25 WIB
Anak Panah dari Al Hikmah - JPNN.COM
Dahlan Iskan di Lebanon. Foto: Instagram/dahlaniskan19

Pun demikian perjalanan mabuk cintanya. Hubungannya yang panjang dengan Mary tidak berujung. Mary Hasel.

Kepala sekolah di Boston itu. Yang punya reputasi tinggi itu. Yang bisa mengerti kesenimanannya Gibran itu. Yang jadi editor karya-karya Gibran itu. Yang lebih tua 10 tahun itu. Yang membawa Gibran ke komunitas seniman Boston itu. Yang membiayai hidup Gibran itu.

Keluarga Mary tidak pernah setuju. Pada rencana perkawinan mereka.

Mary akhirnya kawin dengan pria lain.
Gibran ke New York.
Sudah jadi seniman terkenal. Juga filosof terkemuka.
Karya-karyanya dipuja.

Kumpulan puisinya hanya kalah dari Shankespeare dan Laozhi. Dari segi larisnya. Dan banyaknya dibaca. Tiga terlaris di dunia. Sepanjang masa.

Saat sakit-sakitan Gibran berpesan. Agar mayatnya dibawa ke tanah kelahiran: Lebanon. Bhasarre. Dimakamkan di sana.

Mary berunding dengan saudara Gibran. Yang jadi ‘ibu’ sepeninggal ibunya. Keduanya membeli bangunan tua. Bekas biara Katholik. Di tebing gunung Bhasarre itu. Untuk jadi makamnya. Dan museumnya.

Ditemukan begitu banyak surat-surat Mary. Di studio lukis Gibran. Di New York. Termasuk surat-surat romansa.

Peti mati itu tiba dari New York tahun 1932. Setahun setelah kematian penyair dunia itu. Peti kayu di dalamnya. Peti baja di luarnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News