Anggap Maruarar Sirait Main SARA di Jakarta, Chandra: Belum Move On dari Rezim Jokowi
"RK akan jadi bapak untuk semuanya. Tidak akan takut hadapi radikalisme karena dia sudah buktikan di Jawa Barat. Dia berani hadapi radikalisme dan mempermudah perizinan rumah ibadah".
"Buat saudaraku yang umat kristiani, jangan ragu dukung RK. RK akan beri hatinya, dan dia tak membedakan agama, suku dan lainnya. Semua sama dunia punya hak yang sama di Jakarta".
Chandra berpendapat bahwa pernyataan Maruarar Sirait itu justru kental dengan unsur SARA, khawatir menimbulkan dinamika politik yang tidak baik dan tidak kondusif di dalam menciptakan iklim politik.
"Isu SARA, radikalisme, intoleran dan Pancasila adalah narasi polarisasi yang bersifat indelingsbelust (pengkotak-kotakan) yang mengarah pecah belah," ujarnya.
Menurut Chandra, pada masa rezim Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi), isu SARA, radikalisme, intoleran dan Pancasila yang terus digiring telah membuat situasi tidak nyaman di tengah-tengah masyarakat dan tidak produktif untuk kemajuan bangsa.
"Narasi pecah belah ini sangat berbahaya, dikhawatirkan mendorong terjadinya konflik sosial di akar rumput, dan khawatir menjadi legitimasi bagi kelompok tertentu untuk melakukan tindakan persekusi terhadap individu dan kelompok lain," tutur Chandra.
Selain itu, dia menilai posisi Maruarar Sirait sebagai pejabat negara, sepatutnya tidak ikut serta dalam kampanye untuk menghindari conflict of interest (konflik kepentingan).
Apabila pejabat akan terlibat dalam kampanye, katanya, sepatutnya mengundurkan diri atau cuti untuk menjaga etika. Sebab, etika adalah syarat utama tercapainya good governance pada masa Pemerintahan Presiden Prabowo (merujuk berbagai literatur Ilmu Pemerintahan, Ilmu Administrasi Publik, dan disiplin ilmu lain).