Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Apa yang Anda Makan Lebih Penting Ketimbang Berapa Berat Badan Anda

Kamis, 24 September 2020 – 20:39 WIB
Apa yang Anda Makan Lebih Penting Ketimbang Berapa Berat Badan Anda - JPNN.COM
Penelitian terbaru menunjukkan apa yang kita makan lebih penting daripada berat badan kita. (Unsplash: Maarten van den Heuvel)

Dalam hal memprediksi risiko kesehatan, mana yang lebih penting: apa yang Anda makan atau berapa berat Anda?

Sepertinya jawabannya adalah apa yang kita makan, jika mengacu pada sebuah penelitian baru di Swedia yang diterbitkan di PLOS Medicine pekan lalu.

Peneliti dari Universitas Uppsala mengikuti 79.000 orang dalam studi selama 20 tahun untuk mengamati hubungan antara indeks massa tubuh (BMI), kepatuhan pada diet gaya Mediterania, dan risiko kematian.

Hasilnya, mereka yang mengikuti pola makan ala Mediterania tetapi masuk dalam kategori "kelebihan berat badan" memiliki risiko kematian yang paling rendah.

Dan mereka yang termasuk dalam kategori "obesitas" juga tidak memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang dianggap memiliki BMI "normal".

Sebaliknya, orang-orang dalam kategori berat badan "normal" tapi tidak mengikuti diet Mediterania memiliki risiko kematian lebih tinggi ketimbang orang dengan berat badan berapa pun yang mengikuti diet tersebut.

"Satu-satunya temuan terpenting dalam pikiran saya adalah diet Mediterania tampaknya mengkompensasi efek negatif BMI [tinggi] pada umur yang panjang," kata Karl Michaelsson, pemimpin penelitian.

Lalu apakah itu pola makan gaya Mediterania? Singkatnya adalah perpaduan buah dan sayuran, polong-polongan dan kacang-kacangan, biji-bijian berserat tinggi, produk susu fermentasi, ikan dan minyak zaitun.

Dalam hal memprediksi risiko kesehatan, mana yang lebih penting: apa yang Anda makan atau berapa berat Anda?Sepertinya jawabannya adalah apa yang kita makan, jika mengacu pada sebuah penelitian baru di Swedia yang diterbitkan di PLOS Medicine pekan lalu

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News