Apa yang Sebenarnya Terjadi pada Tubuh Saat Ketindihan?
jpnn.com - Pernah mengalami ketindihan di tengah pulasnya tidur malam? Sebagian orang kerap mengaitkan fonemena ini dengan mistis atau ulah makhluk halus. Walaupun terasa mencekam, ternyata hal ini normal dan bisa dijelaskan secara ilmiah.
Menurut data, sedikitnya 7,6 persen orang di seluruh dunia pernah mengalami ketindihan. Pada kondisi ini, Anda merasa terjaga, tapi sama sekali tidak dapat menggerakkan anggota tubuh. Dada terasa berat dan leher seperti tercekik adalah ciri lainnya.
Mengenal siklus tidur normal
Apa yang banyak disebut sebagai ketindihan sebenarnya merupakan suatu sleep paralysisatau kelumpuhan otot sesaat ketika seseorang tertidur pulas. Dalam kondisi tidur sekalipun, otak tidak pernah berhenti bekerja. Kerja otak saat tubuh tertidur ini terjadi melalui lima fase, yakni fase 1, 2, 3, 4, 5 dan Rapid Eye Movement (REM).
Fase REM berlangsung saat seseorang benar-benar pulas, yaitu 70-90 menit setelah mulai jatuh tidur. Fase REM sangat penting karena di saat tersebut otak menyimpan memori dari aktivitas hari itu dan menstabilkan mood untuk menjalani hari berikutnya. Di fase REM ini pula seseorang mengalami mimpi.
Berkebalikan dengan aktivitas otak yang terus bekerja, pada fase REM, otot-otot pada tubuh benar-benar diistirahatkan. Otak memerintahkan sistem saraf untuk benar-benar meniadakan aktivitas otot sehingga tubuh tidak dapat bergerak dan beristirahat sempurna.
Siklus tidur saat ketindihan
Ketindihan atau sleep paralysis sebenarnya berhubungan dengan fase REM ini. Pada kondisi tertentu, seseorang bisa tiba-tiba bangun ketika fase REM belum selesai. Akibatnya, orang tersebut sudah terjaga dari tidurnya, padahal otot-otot belum diaktifkan oleh otak. Karena itulah orang yang mengalami ketindihan merasa tidak dapat menggerakkan tubuhnya, padahal sudah merasa bangun dari tidurnya.