APBN Perubahan 2015 Lebih Pesimistis
jpnn.com - JAKARTA - Gejolak pasar finansial dalam satu bulan terakhir membuat pemerintah lebih realistis dalam menyusun target.
Ini terlihat dari asumsi rancangan APBN Perubahan 2015 yang terlihat lebih pesimistis dibanding APBN 2015 yang disusun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah telah mematangkan rancangan APBN Perubahan 2015 yang akan diajukan ke DPR awal tahun depan. "Ini berdasar kondisi terkini perekonomian kita," ujarnya usai sidang kabinet di Kantor Presiden kemarin (24/12).
Untuk pertumbuhan ekonomi 2015, pemerintah mematok target 5,8 persen, sama dengan target APBN 2015. Adapun inflasi dipatok 5 persen, lebih tinggi dibanding target APBN 2015 yang sebesar 4,4 persen.
Menurut Bambang, asumsi 4,4 persen dalam APBN 2015 sebenanrnya juga menggunakan kisaran plus minus satu persen. "Jadi 5 persen itu masih dalam range (kisaran). Ini untuk antisipasi gejolak harga," katanya.
Berikutnya, pemerintah mematok asumsi suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan sebesar 6,2 persen, lebih tinggi dibanding asumsi dalam APBN 2014 yang sebesar 6,0 persen. Kenaikan ini diproyeksi seiring tekanan suku bunga akibat inflasi yang naik.
Selanjutnya, harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) ditetapkan USD 70 per barel, jauh lebih rendah dibanding asumsi APBN 2015 yang mencapai USD 105 per barel.
"Kita tahu harga minyak turun tajam dalam beberapa bulan terakhir. Tahun depan, kita proyeksi harga masih akan rendah," ucapnya.