Aruna Suarakan Potensi Maritim & Peran Perempuan di Agenda Internasional
Misalnya, pada kasus petani rumput laut. Setelah mereka siap untuk memperluas produksinya, Aruna dapat menghubungkan petani dengan perusahaan atau program pemerintah yang menawarkan dukungan untuk pertumbuhan dan penskalaan.
“Harapannya, hal ini dapat membantu mengoptimalkan hasil produksi rumput laut dalam negeri, yang sudah hampir mencapai 10.000.000 ton pada 2022 lalu. Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar nomor dua di dunia. Banyak sekali hal yang bisa dieksplor, mengingat rumput laut berkontribusi banyak pada produksi plastik yang dapat terurai secara alami dan berkelanjutan, misalnya, selaras dengan wacana tentang bahan ramah lingkungan,” beber dia.
Sebagai perempuan yang telah berkecimpung di industri perikanan dan kelautan sejak 2016 lalu, Utari sangat menyadari peran perempuan dalam merealisasikan keberlanjutan ekosistem untuk realisasi ekonomi biru.
Tercatat di Indonesia, ada sekitar 42 persen atau lebih perempuan yang terlibat dalam industri perikanan.
“Tak melulu tentang membantu mempersiapkan alat tangkap, atau mengelola keuangan dalam rumah tangga. Perempuan yang terlibat dalam industri perikanan itu tak terbatas pada mereka yang tinggal di wilayah pesisir saja,” kata dia.
“Ada yang mengambil peran operasional di kota, bekerja di bidang manufaktur, atau bahkan memegang posisi tingkat tinggi di pemerintahan, di mana mereka dapat berkontribusi pada perumusan kebijakan yang terkait dengan sektor perikanan,” sambung Utari.
Aruna berkomitmen untuk menjadikan advokasi dalam segala kegiatan keberlanjutan sebagai salah satu fokusnya. Hal tersebut direalisasikan melalui kehadirannya di berbagai agenda yang dapat mendorong perubahan di sektor perikanan dan kelautan.
“Secara spesifik, kami juga mengemukakan berbagai hal yang bisa mendukung implementasi ekonomi biru, eksplorasi potensi baru di bidang kelautan, juga pemberdayaan perempuan yang menyokong berjalannya industri perikanan,” pungkas Utari. (cuy/jpnn)