Assad Sukses Bebaskan Separo Ghouta
Aksi serupa pernah dilakukan Assad ketika mengambil alih Aleppo, area dekat Turki, dari tangan pemberontak.
Kubu Assad melancarkan serangan masif, mengepung, dan menghalang-halangi pengiriman bantuan kemanusiaan. Assad membuat penduduk begitu merana hingga tak punya pilihan lain selain menyerah.
Pemerintah Syria dan sekutunya, Rusia, berdalih bahwa serangan militer ke Eastern Ghouta dilakukan karena pemberontak menyerang wilayah Damaskus lebih dahulu.
Serangan pemberontak sejak 18 Februari mengakibatkan 27 orang tewas. Cara pemerintah Syria yang menyerang penduduk sipil demi membunuh beberapa pasukan pemberontak membuat geram banyak pihak, termasuk Kepala Badan HAM PBB Zeid Ra’ad Al Hussein. Dia menyebut tindakan Syria tidak bisa dibenarkan.
”Ketika Anda bersiap membunuh penduduk Anda dengan begitu mudahnya, maka berbohong juga sama gampangnya. Klaim pemerintah Syria bahwa mereka melakukan segalanya untuk melindungi penduduk sipil sangat menggelikan,” tegas Hussein kemarin.
Sebelumnya Sekjen PBB Antonio Guterres melontarkan kekhawatiran serupa. Terlebih, dilaporkan bahwa korban jiwa serangan Assad Senin (5/3) mencapai lebih dari 100 orang.
Dewan Keamanan (DK) PBB akan menggelar rapat untuk membahas gencatan senjata di Eastern Ghouta. Pada 24 Februari PBB menginginkan gencatan senjata selama 30 hari, tapi Rusia dan Syria menolak.
Guterres mengungkapkan, 14 di antara 46 truk bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Eastern Ghouta tidak bisa menurunkan muatannya gara-gara pasukan Syria menyerang.