Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Atas Nama Kemanusiaan, Tolonglah Kami...

Oleh: Anita Anggriany Amier - Pemred Palu Ekspres

Jumat, 05 Oktober 2018 – 00:45 WIB
Atas Nama Kemanusiaan, Tolonglah Kami... - JPNN.COM
Kondisi Masjid Baiturr Rahman Kota palu yang diterjang gempa dan tsunami pada Jumat (28/9). Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

jpnn.com, PALU - Pascagempa dan tsunami yang melanda Kota Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong, suasana masih mencekam. Gempa berkekuatan 5 SR masih berkali-kali terjadi sejak Jumat, 28 September 2018 hingga 2 Oktober 2018. Tak kenal waktu malam dan siang maupun pagi dan sore, gempa datang melanda seiring trauma menghantui.

Bantuan belum lagi tiba di lokasi kami berada di daerah Karanjalembah, perbatasan Kota Palu dan Kabupaten Sigi. Batasnya hanya dipisahkan jalan. Baik itu tenda untuk berteduh dan bahan makanan maupun kebutuhan lain bagi perempuan dan anak-anak. Khususnya pembalut dan pampers. Semuanya masih mengandalkan stok pribadi.

Di kantor Telkom Jalan Kijang, Palu, kisah warga yang tak mendapatkan bantuan makanan dan tenda pun kerap terdengar. Mereka mempertanyakan kapan bantuan itu tiba. Kabar beredar, bahwa bantuan itu dijarah kerumunan manusia yang mengaku warga.

Memang aksi penjarahan di hari kedua dan seterusnya pascagempa terjadi di sejumlah pusat perbelanjaan dan minimarket. Tak hanya makanan dan kebutuhan pokok lainnya, beras, popok, dan lain-lain. Namun aksi penjarahan menjurus ke pencurian.

Bayangkan alat-alat kesehatan seperti treadmill, dan alat besar lainnya ikut dijarah. Di Mal Tatura Palu yang 70 persen bangunan hancur, di situ "warga" mencuri alat-alat kesehatan, baju-baju, bahkan ada yg menjarah toko handphone.

Sementara itu hampir seluruh SPBU dipenuhi warga. Mereka menimba langsung bensin dari sumur-sumur SPBU. Manusia berkerumun, jalan macet. Kita tak tahu lagi manusia mana yang sebenarnya dan mana mereka yang perampok. Akibatnya, terjadi kelangkaan BBM.

Saya sendiri yang menyaksikan pemandangan ini, bertanya dalam hati, di mana aparat yang harusnya mengamankan lokasi dan kebutuhan vital ini? Kalau mereka ada dan menjaga dengan ketat, apakah warga masih berani melakukan aksi tak beradab itu?

Di mana polisi, tentara, dan pemerintah lokal, pemerintah pusat? Apakah mereka tahu apa yang terjadi di Palu saat ini? Mungkin pertanyaan tak cocok bagi oknum pemerintah lokal. Mereka pun bagian dari saya yang terdampak musibah dahsyat "black friday". Sehingga mereka sendiri pun tak berdaya dan tak mampu berbuat apa-apa.

Gempa berkekuatan 5 SR masih berkali-kali terjadi di Kota Palu sejak Jumat, 28 September 2018 hingga 2 Oktober 2018.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close