Awalnya Iseng, Kini Raup Omzet Rp 50 Juta per Bulan
“Dari bahan saya pakai yang kualitasnya bagus, tidak mudah rusak, dan warna yang beragam. Wraping Papernya juga bervariasi, tidak hanya model polos saja,” tutur gadis lulusan Gizi Kesehatan UGM ini.
Untuk harga, ia menjual Rp 5 ribu - Rp 17 ribu per tangkai dengan total harga mulai Rp 25 ribu - Rp 700 ribu. Alasan mengapa sistem penjualannya per tangkai, Nana mengatakan proses pembuatan bunga flanel yang sangat mirip dengan bunga asli ini sangat rumit. Belum lagi warna yang harus disesuaikan permintaan pemesan.
Dari kain flanel bermeter-meter, harus dipotong sesuai pola dengan ukuran kecil-kecil. Kemudian ditempelkan satu per satu pada tangkai yang membutuhkan waktu tidak sebentar.
“Tergantung ukurannya. Kalau pelanggan minta buket ukuran besar, otomatis bunga yang dipakai akan lebih banyak dan lebih lama,” ungkapnya.
Untuk membantu proses produksinya, Nana juga mengajak ibu-ibu kompleks tempat tinggalnya untuk membuat potongan-potongan kain yang akan dijadikan kelopak. Sebelumnya mereka mengikuti pelatihan yang sesuai standar rumah produksi Nana. Ia juga memberikan upah untuk setiap tangkai yang dikerjakan.
Saat ini dalam sebulan Nana menerima orderan hingga 300 buket bunga. Tak hanya buket, ia juga menawarkan bentuk lain seperti flower board, flower basket, dan flower frame dengan tulisan di dalamnya.
Orderan pun datang dari berbagai daerah di Indonesia, mulai Aceh hingga Papua. Rata-rata pelanggan memesan untuk kado ulang tahun, kado wisuda, juga untuk buket bunga pernikahan. “Saat ini pemasaran hanya lewat Instagram @fleurify_untuk luar Jogja dan di rumah untuk pemesanan area Jogja,” ujarnya.
Saat ini Nana terus mengkreasikan model-model bunga flanelnya, sehingga pelanggan tidak bosan dengan bentuk bunga yang itu-itu saja. Juga menjadi salah satu upaya agar tidak kalah bersaing dengan pemilik bisnis serupa di Jogja.